Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membangun Suasana Keimanan Keluarga



Setiap rumah tangga akan mengalami ujiannya masing-masing. Apakah mereka pengemban dakwah atau bukan, pasti akan diuji. Karenanya membangun suasana keimanan dalam keluarga sangatlah penting. Agar mengokohkan kesabaran dan ketahanan keluarga.

Keluarga pengemban dakwah bukan tanpa masalah. Hanya mereka berusaha tetap waras saat diterpa masalah. Kadang pun terlepas emosi, tidak tertahankan. Ya, karena mereka juga manusia biasa yang tidak luput dari khilaf, salah dan dosa.

Disaat yang pengemban dakwah memiliki kesadaran dan tanggung jawab membina umat, bahkan mencarikan solusi bagi problem umat. Padahal mereka sendiri pun punya masalah. Karena sebenarnya mereka menyadari, masalah mereka adalah masalah yang juga dialami oleh umat, ketika masalah umat selesai, maka selesai pula masalah mereka.

Jika pengemban dakwah saja diuji dengan masalah, tentu umat yang belum menjadi pengemban dakwah pun juga diuji. Jika sama-sama diuji, lebih baik jadi pengemban dakwah. Ujiannya bisa berupa kemiskinan, kekayaan, kesempitan, kelapangan, penyakit, sehat, dll. Ujian tersebut adalah bukti cinta Allah Ta'ala kepada hamba-Nya, sesuai dengan kemampuan serta tingkat keimanan hamba-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda :

إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ

“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani).

Dan Nabi ﷺ bersabda,

أشد الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل

“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya” (HR. Ahmad).

Mereka adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah. Ujian yang menimpa orang-orang yang Allah cintai, itu dalam rangka mensucikannya, dan mengangkat derajatnya, sehingga mereka menjadi teladan bagi yang lainnya dan bisa bersabar.

Dengan demikian, untuk menjaga stabilitas diri seorang muslim dan keluarga, haruslah dibekali dengan membangun suasana keimanan di lingkungannya, terlebih ketika pandemi saat ini. Bagaimanakah membangun suasana keimanan tersebut?

Pertama, Mendekatkan diri pada Allah Ta'ala dan perbanyak amal shalih serta jauhi kemaksiatan.

Kedua, Selalu merasa cukup dan bersyukur serta berprasangka baik pada Allah Ta'ala.

Ketiga, Melakukan amar ma'ruf nahi munkar dan tetap berada di dalam kelompok dakwah. Bagi yang belum berada bersama kelompok dakwah, maka bersegera mendekati mereka.

Alangkah indahnya suasana keimanan ini juga dibangun dan didukung oleh negara, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Negara Khilafah. Mengapa Khilafah? Karena hanya Negara Khilafah yang berani menerapkan syari'at Islam secara kaffah (total). Dimana diterapkannya syari'at pasti ada maslahat.

Pahami bagaimana suasana keimanan di masa Daulah Islam di Madinah dan di masa Khilafah Rasyidah. Mengapa bisa terjaga? Karena Daulah Islam atau Khilafah merupakan negara yang mengemban ideologi Islam.

Islam sebagai sebuah ideologi sangat khas dari sisi fikroh (pemikiran/ide dasar) Islam memiliki penjagaan terhadap akidah, sebagai mu'alajah/solusi bagi masalah, dan mengemban Islam.

Sementara dari sisi thoriqoh (metode), Islam memiliki tatacara menjaga akidah, tatacara menyelesaikan permasalahan, tatacara mengemban Islam dengan dakwah dan jihad.

Baik fikroh (pemikiran/ide dasar) maupun thoriqoh (metode), semuanya berpedoman pada al-Qur'an dan as-Sunnah. Demikianlah kekhasan Khilafah sebagai sebuah negara.

Jika saat ini kita masih diatur oleh sistem kapitalisme-demokrasi, memang terasa sulit mewujudkan suasana keimanan. Bagaimana mungkin keluarga akan tersuasanakan keimanannya dengan baik, sementara tanyangan berbau pornografi dan kekerasan masih beredar.

Saat normal ataupun ketika wabah, banyak pencari nafkah yang kehilangan pekerjaan dan pemasukan harian.

Tanggungan hidup kian besar, listrik naik, BBM mahal padahal harga minyak dunia turun, apa karena Pertamina minta sedekah ya? Maksudnya apakah rakyat diminta bersedekah untuk orang kaya?

Nunggak bayar kost/kontrakan/kredit perumahan terancam tiada tempat tinggal, kredit macet dan pajak telat bayar didenda, riba dimana mana.

Perzinaan, perjudian, NARKOBA, pembunuhan, begal, kriminalitas dan kemaksiatan lainnya masih merajalela.

Suara-suara kritis amar ma'ruf nahi munkar dibungkam dengan UU. Jadi, bagaimana mungkin bisa membangun suasana keimanan seluruh keluarga dan masyarakat hingga negara dengan kondusif di dalam sistem kapitalisme-demokrasi.

Manusia akan merasa tenang jika terpenuhi kebutuhan asasi yaitu sandang, pangan dan papan. Kehidupan ideal akan dirasakan seluruh manusia dan alam semesta, ketika semua itu diatur dengan syariat Islam dan kembali taat pada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman yang artinya :

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. (TQS. Saba’: 15)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah, ketika menafsirkan ayat ini, ia mengatakan: “Saba’ adalah (sebutan) raja-raja Negeri Yaman dan penduduknya. Termasuk diantara mereka ialah raja-raja Tababi’ah dan Ratu Bilqis -isteri Nabi Sulaiman-. Dulu, mereka berada dalam kenikmatan dan kebahagiaan (yang meliputi) negerinya, kehidupannya, kelapangan rizkinya, tanaman-tanamannya, dan buah-buahannya. Allah mengutus kepada mereka beberapa rasul, yang menyeru mereka agar memakan rizki yang diberikan-Nya, dan agar bersyukur kepada-Nya dengan mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya. Keadaan mereka (yang baik) itu terus berlangsung hingga (waktu) yang dikehendaki Allah, lalu mereka berpaling dari apa yang diserukan kepada mereka, sehingga mereka dihukum dengan datangnya banjir bandang dan terpencar-pencarnya mereka di banyak negeri”. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/504)

Bukankah seharusnya kita bisa mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada kaum Saba'. Tak hanya kisah kaum Saba', beberapa kisah yang disampaikan melalui firman Allah Ta'ala yang lain seperti kisah kaum 'Aad, Bani Israil, Kaum sodom, kaum tsamud, dan lainnya. Sebenarnya sudah cukup semua kisah yang disampaikan di dalam al-Qur'an menjadi pelajaran agar kita tidak mendustakan Allah beserta syari'at-Nya.

Sekarang ini kita diperingatkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan hadirnya wabah corona. Maka bersegeralah kembali pada aturan-Nya, memperjuangkan kembali terbitnya cahaya Islam di negeri-negeri kaum muslim beserta Khilafah yang merupakan institusi negara yang lahir dari wahyu-Nya dan pernah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad ﷺ di Madinah.

Semoga hingga detik ini setiap keluarga masih memiliki kewarasan untuk membangun suasana keimanan di rumah masing-masing, apakah ia pengemban dakwah ataukah bukan. Sambil terus istiqomah berjuang bersama-sama mengembalikan kejayaan Islam yang merupakan bagian dari amar ma'ruf nahi munkar. Karena manusia idealnya hidup dalam aturan Al-Khaliq (Sang Pencipta). Wallahu'alam.[]

Oleh : Sri Wahyu Indawati, M.Pd

(Inspirator Smart Parents)

Posting Komentar untuk "Membangun Suasana Keimanan Keluarga"