Cluster Baru Muncul Di Tengah Sekolah
Oleh : Tyas Ummu Amira
Akhir - Akhir ini negeri ini digemparkan dengan bermunculan cluster baru di sekolah, setelah mendikbud menyatakan bahwa diperbolehkanya KBM tatap muka pada zona kuning dan hijau. Namun didapati proses belajar tidak berjalan kondusif, faktanya tingginya angka penularan virus di antara peserta didik, notabene secara tidak sadar mereka rentan menjadi carier.
Dilansir dari laman Jakarta - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengingatkan pimpinan daerah berhati-hati sebelum membuka sekolah tatap muka meskipun wilayahnya masuk zona kuning atau hijau virus corona Berdasarkan informasi yang dihimpun, sudah muncul beberapa klaster virus corona di sekolah pasca sistem tatap muka kembali diperbolehkan di zona kuning atau hijau.
"Sebetulnya dalam membuka suatu aktivitas sosial ekonomi khususnya sekolah, ini dampak sosialnya relatif rendah tapi potensi peningkatan penularan kasusnya tinggi," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 Kemenkominfo, di Jakarta, Rabu (12/8/2020).
Dari fakta diatas jika di telaah lebih dalam, bahwa pemerintah kurang serius dan kelihatan kebijakanya terlalu dipaksakan. Sebab semua wilayah belum dikatakan sebagai zona aman jika masih ada pasien yang positif covid19. Dengan dalih apapun sebenarnya keputusan ini resikonya amatlah besar, apalagi dalam dunia pendidikan anak - anak masih awam akan protokol kesehatan.
Sumber masalah pokok ini bermula pada saat pertama wabah muncul di Indonesia, negeri ini rupanya kurang sigap atau gagap menghadapi pandemi ini muncul, sehingga membuat remeh terhadap persebaran virus yang kini terjadi secara masif. Alhasil pemerintah kalang kabut lantaran tak bisa membendung penularan yang terjadi di berbagai sektor dan wilayah. Berharap untuk mengatasi masalah agar pasien positif menurun justru malah menerapkan new normal, dimana cluster baru bemunculan salah satunya di sekolah. Jadi jangan heran jika angka orang yang tertular meroket, sebab mereka bisa bergerak bebas tanpa ada pengetatan aturan serta fasilitas yang kurang memadai.
Sejatinya apabila pemerintah sedari awal menerapkan lock down secara total, mulai dari akses dalam negeri dan luar negeri di tutup maka pesebaran virus tak kan seperti yang terjadi saat ini. Jika kita menengok sejarah Islam pada masa khalifah Umar Bin Khatab, sosok pemimpin yang sangat memperhatikan kesejahteraan serta nyawa rakyatnya suatu hal utama. Pada saat terkena wabah pertama kalinya yaitu wabah Thaun yang melanda penduduk syam, itu semua langsung segera teratasi dengan waktu yang relatif singkat sebab khalifah menerpakan metode penanganan wabah yang diperintahkan Rasullullah SAW.
Dari 'Abdullah bin 'Amir bin Rabi'ah, "Suatu ketika Umar bin Khatthab pergi ke Syam. Setelah sampai di Saragh, dia mendengar bahwa wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Maka 'Abdurrahman bin 'Auf mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (SAW) telah bersabda: 'Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri darinya.' Maka Umar pun kembali dari Saragh. Dan dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah; bahwa Umar kembali bersama orang-orang setelah mendengar Hadits Abdurrahman bin Auf". (Shahih Muslim No. 4115).
Kesiapan pemerintah dan sekolah rupanya kurang maksimal, dimana masih banyak fasilitas penunjang untuk protokol kesehatan pun masih minim. Sehingga standart keamanan KBM secara tatap muka ini menjadi mengkhawatirkan, alhasil banyak siswa yang berpotensi menularkan kepada teman dan gurunya, kemudian bermunculan cluster baru ditengah KBM tatap muka di sekolah.
Salah satunya SMPN 7 Cirebon, Jawa Barat. Sejak dibuka 3 Agustus 2020 lalu, seorang siswa positif Covid-19. Dua pelajar dari Sumedang, Jawa Barat, tertular Covid-19 dari pedagang Pasar Situraja. Keduanya tertular saat perjalanan menuju atau pulang dari sekolah. Di Tulung Agung, Jawa Timur pada 11 Agustus lalu, seorang siswa SD menulari lima temannya dan dua guru di sekolah itu.
Belum selesai sampai di situ, 11 guru dari SMKN 1 Gunem, Rembang juga terpapar Covid-19. Virus ini pun menyerang 26 santri Pondok Pesantren di Kajen, Margoyoso, Pati. Hasil ini diperoleh pada 9 Agustus 2020 kemarin.
Senada,Klaster pun berkembang sampai Kalimantan. Hingga 10 Agustus 2020, di Kalimantan Barat ada 14 siswa dan 8 guru yang terpapar virus ini. Sedang di Kalimantan Timur 26 guru dan pegawai sekolah terpapar corona. (Tirto.id, 14/8/20)
Dari sini bisa kita lihat, bahwa memang kebijakan yang dikeluarkan seperti gegabah tanpa difikirkan dampak jangka pendek atau jangka panjangnya. Hanya melihat tuntutan masyarakat serta mengejar target kurikulum yang tertinggal. Beginilah sifat asli pemimpin yang berkiblat pada sistem liberal kapitalis. Semua aturan yang dibuat selalu menimbulkan polemik dan problem baru dimasyarakat.
Kebijakan yang plin - plan mulai dari diberlakukan BDR yang banyak kendala, tatap muka, hingga kejar target kurikulum darurat saat pandemi. Dengan berbagai aturan yang dibuat sporadis, tidak terarah dan memenuhi desakan publik tanpa diiringi persiapan memadai agar risiko bahaya bisa diminimalisir.
Pemrintah mengijinkan penggunaan dana BOS utk keperluan kuota internet sedangkan masalah tidak adanya jaringan internet tidak dicarikan solusi
Kemudian mengijinkan semua SMK dan PT di semua zona untuk belajar dg tatap muka agar bisa praktik tidak diimbangi penyiapan protocol
Semua fakta kebijakan di atas menunjukkan lemahnya pemerintah sekuler mengatasi masalah pendidikan akibat tersanderanya kebijakan dg kepentingan ekonomi dan tidak adanya jaminan pendidikan sebagai kebutuhan publik yg wajib dijamin penyelenggaraannya oleh negara.
Islam Sumber Solusi
Dengan demikian seyogjanya dengan realita yang ada harusnya pemimpin negeri ini sadar bahwa sistem sekuler kapitalis ini tidak mampu mnyelesiakan promblemtika umat. Dimana masalah semakin datang bertubi - tubi, sudah saatnya sistem ini melakukan revolusi secara total yakni menganti dengan sistem buatan sang pencipta. Tidak lain ialah sistem Islam memiliki didalamnya seperangkat aturan yang mampu menyelesaikan problem kehidupan.
Pemimpin dalam Islam mempuyai intregritas tinggi serta amanah dalam menjalankan kepemimpinanya.Karena negara dalam sistem Islam memiliki paradigma sebagai raa’in (penanggung jawab).
“Seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Dari sini pemimpin dalam Islam akan memberikan fasilitas penunjang untuk dunia pendidikan mulai tenaga pengajar, sarana dan prasrana yang memadai, serta berbagai kebutuhan dalam proses KBM. Sehingga kegiatan ini berjalan dengan konsusif tanpa ada kendala, sebab semua sudah direncanakan secara matang, agar semua rakyat bisa mengenyam pendidikan tanpa membayar mahal. Sebab semua sudah ditanggung oleh negara secara cuma- cuma, rakyat tak terbebani dengan bea untuk sekolah, sehingga akan lahir generasi unggul penerus peradapan berlandaskan pondasi iman kokoh serta luas akan IPTEK.
Wallahu a’lamu bi Ash-shawab.
Posting Komentar untuk "Cluster Baru Muncul Di Tengah Sekolah"