Obat Manjur Bagi Buta Khilafah
Meski para aktivis khilafah sudah berbusa-busa menunjukkan dalil keberadaan khilafah sebagai ajaran Islam, tetap saja ada sebagian golongan yang ngotot menolak khilafah. Saya sebut saja mereka si buta khilafah. Meski muslim, dalil-dalil tidak mempan di otak mereka. Sungguh menggemaskan. Ingin sekali mencubit pipi mereka dan bilang wooii khilafah ini bukan cerita mimpi, bukan khayalan, tapi realitas, kejadian sebenarnya, fakta sejarah. Tapi ya masih saja ada yang tetap berkilah, itukan karangan aktivis khilafah, mana bisa kami terima.
Kebebalan
mereka, saya bayangkan, barangkali akibat dari kepala mereka yang sudah penuh
dengan doktrin-doktrin kontra khilafah yang dijejalkan oleh kaum liberalis
sekuler. Sehingga wajar saja argumentasi dan hikmah paling jitu pun mental
begitu saja. Kaum liberalis sekuler ini memang penantang berat konsep khilafah.
Khilafah mereka anggap sudah usang dan tidak sesuai zaman. Jangankan ajaran
Khilafah yang baru belakangan ini populer, banyak konsep Islam yang sudah baku
saja menurut mereka harus ditafsirkan ulang. Seperti persoalan waris, nikah, gender,
HAM, jihad dan lainnya. Maka tidak heran jika mereka mengatakan konsep khilafah
tidak relevan dan harus diganti menjadi bentuk negara berdasarkan identitas
nasionalisme.
Kekoplakan
si buta khilafah bisa juga berasal dari alasan lain. Bisa jadi karena urusan
perut yang terus disumpal dengan harta tidak berkah. Bukannya mengenyangkan,
yang ada adalah terus merasa kelaparan. Sehingga lupa pada do’a dan salam yang
rutin didengar saat Khatib Jumat menyebutkan para Khulafaur Rasyidin: Abu
Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib. Mereka itu
adalah para Khalifah pengganti Rasulullah mengurus umat. Model mereka
memerintah meniru cara Rasulullah dan model itu dinamakan sistem Khilafah. Maka
jelas khilafah bagian dari ajaran Islam. Tapi ya namanya lupa, lebih penting
menyibukkan diri mencari makan.
Namun
belakangan ini, para aktivis khilafah punya senjata baru. Mereka optimis alat
baru ini akan menjadi obat manjur bagi kebengalan si buta khilafah. Isinya
bukti-bukti arkeologis, manuskrip dan kesaksian para sejarawan tentang dekatnya
sejarah Indonesia dengan Khilafah. Harapannya jika umat ini tahu dan sadar
bahwa sejarah nenek moyang mereka sangat dekat dengan khilafah, maka tidak ada
alasan lagi untuk alergi dengan khilafah. Apalagi jika sadar bahwa keberadaan
Indonesia sebagai negara Muslim terbesar saat ini tidak lepas dari tugas dakwah
yang diemban negara Khilafah. Tentu kita bersyukur telah mendapatkan hidayah
Islam dan berterima kasih kepada mereka yang menjadi perantara hidayah
tersebut. Malah jangan-jangan ada sebagian masyarakat Indonesia yang merupakan
keturunan para punggawa Khilafah Abbasiyah atau Utsmaniyah yang ditugaskan
Khilafah datang ke Indonesia untuk berdakwah. Anehkan kan jadinya jika benci
dengan nenek moyang sendiri yang menjadi sumber akar jati diri kita.
Obat
manjur ini kemudian dirangkai sedemikian rupa. Maka jadilah rangkaian bukti
sejarah itu dirangkum dalam sebuah film dokumenter bernama Jejak Khilafah di
Nusantara disingkat JKDN. Menurut Septian, sang
penulis naskah film, JKDN hadir
untuk menjawab tantangan zaman. Nah lho. Menurut saya ini bisa sekalian menjadi
obat manjur si buta khilafah. Apalagi Khilafah sedang jadi topik perbincangan
panas di masyarakat Indonesia bahkan dunia. Makanya Septian bersama tim JKDN
tergugah untuk menghadirkan riwayat Khilafah dengan tampilan yang lebih
menarik. Apalagi saat ini belum ada film-film yang menjelaskan tentang hubungan
Khilafah dengan Nusantara. Meski ini adalah film, tim JKDN menjamin bahwa film
JKDN memiliki nilai akademis dan ilmiah.
Kualitas
akademis dan ilmiah film ini juga ditegaskan sang sutradara, Nicko Pandawa. Ia
memastikan bahwa film ini berlandaskan dari riset-riset yang sudah dilakukan
sebelumnya. Merujuk pada sumber primer dan sekunder, data-data pustaka dan
lapangan yang mereka kejar dari ujung Sumatera sampai ke Timur Indonesia.
Data-data yang tersedia masuk proses verifikasi dan proses interpretasi.
Sehingga film JKDN ini boleh dikatakan sebagai bentuk audio visual dari hasil
penelitian yang memudahkan audiens untuk mencernanya.
Isi
film ini menggambarkan peninggalan-peninggalan yang menjadi jejak pengaruh
Khilafah yang sampai ke Nusantara. Ditunjukkan misalnya pada masa Khilafah Bani
Umayyah yang mengirimkan para ulama ke Sriwijaya. Kemudian Juga di periode
selanjutnya, adanya bai’at dari Aceh kepada Sultan Salim II. Dengan demikian,
ada hubungan sultan-sultan yang ada di Nusantara dengan kekhilafahan mulai
periode awal sampai periode akhir. Tidak mengherankan jika ada bantuan dari
khilafah saat melawan pasukan Portugis. Nah, untuk sisa ceritanya silahkan
nikmati sendiri di akun sosmed, channel youtube maupun website yang bertebaran
di internet.
Dari
bukti-bukti sejarah, bisa dimaklumi jika perjuangan penegakan Khilafah memiliki
landasan historis yang dekat dengan akar nenek moyang Indonesia. Maka aneh saja
jika ada yang mengatakan bahwa perjuangan Khilafah itu ahistoris.
Maka,
para buta khilafah harus ingat. Bahwa Islam dan kekuasaan memiliki hubungan
yang tidak bisa dipisahkan. Islam disebarkan termasuk ke Indonesia ini tidak
lepas dari peran kekuasaan khilafah yang memobilisasi potensi manusia, harta,
strategi dan peralatan yang dimiliki negara. Mengingat besarnya jasa kekuasaan,
maka tidak ada yang perlu ditakutkan dengan kekuasaan Islam. Sampainya ke
Nusantara juga dalam rangka untuk menebar kebaikan. Berbeda dengan apa yang
dilakukan oleh penjajahan Barat di Indonesia. Portugis, Spanyol, Belanda dan
Inggris. Tidak ada sejarahnya Khilafah merampok negeri ini. Yang ada Khilafah
justru membela Indonesia dari penjajahan dunia barat. Apalagi Khilafah
menerapkan Syariat Islam yang berasal dari Allah, bagaimana mungkin ajaran ini
mendzalimi manusia? [].
B. Nawan
Pemerhati Sosial - Politik Islam
Posting Komentar untuk " Obat Manjur Bagi Buta Khilafah"