Negatif Thinking Terhadap Good Looking dan Apologizing
Oleh : Dewi Fitratul Hasanah
(Pemerhati sosial)
Pekan lalu Menteri Agama Fachrul Razi, melontarkan sebuah statement yang kontroversial. Ia mengatakan bahwa radikalisme masuk melalui orang-orang yang Good Looking atau berpenampilan menarik, dalam sebuah acara yang bertajuk Menangkal Radikalisme.
“Cara masuk mereka gampang, pertama dikirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan bahasa Arab bagus, hafiz, mulai masuk, ikut-ikut jadi imam, lama-orang orang situ bersimpati, di angkat jadi pengurus masjid. Kemudian mulai masuk temannya dan lain sebagainya, mulai masuk ide-ide yang tadi kita takutkan,” bebernya pada Kanal YouTube KEMENPAN RB, 2/9/2020.
Kaget, konyol, getir dan miris. Empat rasa itu sontak dirasakan dalam benak dan dada mayoritas kaum muslim di negeri ini tatkala mendengarnya. Lebih-lebih statemen itu di ucapkan oleh lisan Sang Menteri Agama di negeri dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia.
Mendapati statemen kontroversial yang telah menyebar luas dan menyemai polemik di tengah publik pun ledekan dan kecaman dari sejumlah tokoh Islam dan berbagai kalangan, sebuah klarifikasi dari menag melalui direktur jenderal bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kamaruddin, pun segera dikemukakan.
Dalam klarifikasi tersebut, Kamaruddin menjelaskan ;
"Statemen Menag tidak sedang menuduh siapapun. Menag hanya mengilustrasikan tentang pentingnya memagari agar ASN yang dipercaya mengelola rumah ibadah tidak memiliki pandangan keagamaan ekstrem bahkan radikal yang bertentangan dengan prinsip kebangsaan," Kompas.com 4/9/2020.
Kendatipun klarifikasi tersebut berujung dengan permohonan maaf oleh menag. Namun rasa luka dan juga kecewa masih dirasakan, karena bukan sekali dua kali Sang Menang menghadirkan statemen-statemen yang dinilai menyudutkan kaum muslim.
Publik masih tak habis pikir Bagaimana bisa seorang Menag yang perkataannya di dengar rakyat bisa sampai mendiagnosa miring terhadap orang-orang yang Good Looking/berpenampilan menarik, hafidz Qur'an, bisa berbahasa Arab, ahli ibadah dan taat di nilai memiliki pemahaman sesat seolah penjahat kelas berat yang
membahayakan umat. Dan apa pula kaitannya dengan penyebaran paham radikalisme di masjid-masjid.
Selama ini radikalisme selalu di prioritaskan sebagai masalah terbesar yang harus segera di atasi seolah radikalis menjadi biang keladi atas semua kerusakan dan kebobrokan yang terjadi.
Padahal jika kita mau membuka mata dan sedikit berpikir jernih, ada begitu banyak fakta kerusakan yang lebih membahayakan misalnya masalah korupsi yang tiada kunjung henti dan angkanya terus meninggi, ekonomi yang tengah diambang resesi, kenakalan remaja, pergaulan bebas, penangangan covid-19, liberalisme, kapitalisme dan lain -ain yang nyatanya mendera dan lebih layak untuk diurusi dan ditangani daripada urusan radikal yang bahayanya tak pernah terbukti. Kalaupun ada porsinya amatlah kecil sekali.
Sebagaimana kita tahu ada banyak komunitas hijrah, yang beranggotakan para good looking serpeti artis mereka dulunya tak pernah sholat 5 waktu, tak pernah puasa dan berdoa, namun setelahnya mereka berubah menjadi pribadi yang taat. Apakah pantas mereka distempel sebagai penganut radikal yang berbahaya.
Sungguh sangat disayangkan bila seorang menag bernegatif thingking terhadap goodlooking lantas kemudian merubah pernyataan dengan sebuah klarifikasi dengan begitu saja.
Dalam sistem Islam, negara akan sangat berhati-hati dalam menunjuk seorang menag yang mumpuni dan berkredibilitas yang tinggi terhadap ajaran Islam serta penuh kejujuran dan pertanggung jawaban. Bukan statemen gusar tak berdasar,
bukan asal speaking (berbicara) bila salah, apologizing (meminta maaf). Sebab, ia betul-betul sadar bahwa informasi/tausyiah yang disampaikan akan sangat di dengar dan diperhatikan jutaan umat.
Wallahu a'lam bishshawaab
Posting Komentar untuk "Negatif Thinking Terhadap Good Looking dan Apologizing"