Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ungkapan Cinta Pada Nabi SAW


(B Nawan – di Momen Indah Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 H

Kemeriahan peringatan kelahiran Nabi SAW ke dunia pada 1442 H  adalah ungkapan dari ummat untuk memuliakan Beliau. Meski dibelahan dunia sana (eropa) melakukan penghinaan yang sangat menyakitkan umat islam. Presiden Perancis membiarkan Koran Charlie Hebdo mempublikasi karikatur Nabi Muhammad SAW. Alasannya karena hal tersebut adalah bagian dari kebebasan berekspresi. Maka kemarahan ummat Islam tersulut. Berbagai aksi dilakukan. Ada seruan boikot, ada yang berdemonstrasi hingga ada yang menjadikan foto Presiden Perancis menjadi keset kaki. 

Hal tersebut mulai menguatkan pintu kesadaran akan rusaknya paham kebebasan yang diagungkan di dunia barat selama ini. Umat pun semakin bertambah kecintaan serta pembelaannya pada Nabi Saw. 

Ungkapan hormat, rindu dan cinta pada Nabi dapat diungkapkan dengan banyak bersholawat kepada Beliau: Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bershalawat

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab: 56)

Namun tidak hanya dengan bersholawat kemudian ungkapan cinta itu dianggap cukup. Berikut 4 hal yang perlu direnungkan Kembali oleh Umat Nabi SAW yang mengaku cinta pada Nabinya.

1. Kecintaan kepada Nabi Saw adalah perintah ilahi

Allah SWT berfirman:

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. at-Taubah: 24)

Rasul SAW bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dia cintai daripada bapaknya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. al-Bukhari) 

Dalam dalil-dali di atas dinyatakan perintah agama ini untuk menempatkan cinta pada Allah dan Nabi Saw di atas cinta pada hal lainnya. Bahkan diharuskan mendahulukan cinta pada Nabi melebihi cinta pada diri sendiri. Sebagaimana peristiwa yang disebutkan pada hadits berikut:

Kami bersama Nabi saw., sementara beliau memegang tangan Umar bin al-Khathab. Umar berkata, “Wahai Rasulullah!, Sungguh engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri.” Nabi saw. berkata, “Tidak bisa! Demi Allah hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Maka Umar berkata, “Sesungguhnya mulai saat ini, demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Nabi saw. bersabda, “Sekarang engkau telah benar wahai Umar.” (HR. al-Bukhâri).

Melihat bagaimana Islam menempatkan cinta pada Nabi ditempat yangs angat tinggi, maka wajar jika umat ini marah besar pada apa yang terjadi di Perancis.

Hanya saja saat ini belum ada respon yang pantas atas penghinaan tersebut. Berbeda dengan apa yang pernah terjadi lebih dari seratus tahun lalu. 

Sekelompok orang yang tergabung dalam kelompok opera di Perancis pernah merancang penampilan drama hasil gubahan dari karya Voltaire. Isinya samping mencaci Rasulullah saw juga menghina sahabat Zaid dan Zainab. Berita itu sampai ke telinga Abdul Hamid (1876-1909), Khalifah Khilafahan Utsmani saat itu. Melalui dutanya di Prancis, beliau segera mengancam Negara Prancis supaya menghentikan rencana pementasa drama tersebut. Akan ada “tindakan” yang akan dihadapi Prancis jika tetap meneruskan dan mengizinkan drama tersebut. Hasilnya Prancis pun membatalkan rencana pementasan tersebut.

Belum jera, perkumpulan teater tersebut lalu menyeberang ke Inggris untuk menyelenggarakan pementasan drama itu di Inggris. Kembali Khalifah Abdul Hamid mengancam Inggris. Namun reaksi Inggris justru menolak ancaman tersebut. Tiket yang sudah terjual habis dijadikan alasan. Lagi pula pembatalan kegiatan tersebut dianggap bertentangan dengan prinsip kebebasan rakyatnya. Demi mendengar sikap Inggris yang menantang tersebut, sang Khalifah menyampaikan akan mengobarkan jihad akbar kepoada seluruh kaum muslimin. Inggris pun akhirnya ketakutan atas keseriusan ancaman sang Khalifah. Sesumbar tentang kebebasan pun dilupakan dan drama akhirnya dibatalkan juga.

2. Nabi menjadi contoh dan ikutan

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Ali Imran:31)

Di ayat tersebut Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk menyampaikan kepada Umatnya, bahwa kalua benar cinta kepada Allah SWT, maka buktikan dengan mengikuti Nabi-Nya. Menjalankan sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dan dalam sunnah tersebut ada jaminan dari Allah SWT.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (Al Ahzab: 21)

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْم

Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam:4)

3. Membenarkan seluruh berita dari Rasulullah Saw.

Apa pun yang diberitakan oleh Rasul Saw, masuk akal atau tidak, bisa disaksikan mata, didengar telinga, dirasakan atau tidak, maka wajib dibenarkan. Sebab, ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wahyu dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ () إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. an- Najm: 3-4)

4. Menjadikan Nabi sebagai hakim

Kecintaan pada Nabi juga harus melahirkan sikap menerima apa yang Nabi bawa. Firman Allah Swt

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَاب

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya. (Al Hasyir: 7)

Kemudian atas apa yang Nabi telah putuskan, harus diterima lahir dan batin. Allah SWT berfirman.

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An nisa: 65)

Perintah menjadikan Nabi sebagai Hakim dikaitkan dengan keimanan seseorang. Lantas, pada masa sekarang saat Rasul saw telah tiada, bagaimana sikap seorang Muslim. Tentu saja tetap menjadikan Nabi sebagai hakim dengan cara menjadikan syariah yang beliau bawa sebagai pemutus segala perkara.  Hal tersebut dapat terwujud dengan sungguh-sungguh jika syariah secara nyata diterapkan untuk mengatur segala urusan masyarakat. 

Khatimah

Ungkapan Cinta pada Nabi mestinya diwujudkan sebagai kecintaan pada syariah. Maka cinta seorang Muslim pada Nabi Saw patut dipertanyakan jika tidak suka dengan syariah yang beliau bawa, apalagi berpaling dan alergi. 

Ungkapan cinta kepada Nabi saw dapat dianggap palsu, jika justru ucapan dan tindakannya merendahkan syariah   dan terpengaruh oleh islamophobia, meski dia biasa memperingati Maulid Nabi saw.  

Cinta yang sungguh pada Nabi membuat seseorang tidak akan merasa nyaman dan tenteram tatkala sunnah beliau dan syariah yang beliau bawa ditinggalkan dan dicampakkan. Cinta yang benar akan mendorong seorang Muslim berjuang dengan penuh kesungguhan agar syariah Islam dijadikan pedoman dan diterapkan secara nyata di tengah kehidupan. [ ]


Posting Komentar untuk " Ungkapan Cinta Pada Nabi SAW "