UTANG NAIK SEBAGAI PRESTASI, KHILAFAH SOLUSI NEGERI
Indonesia kembali menerima penghargaan Finance Minister of the Year for East Asia Pacific tahun 2020 dari majalah Global Markets. Penghargaan itu diterima oleh Menteri Ekonomi, Ibu Sri Mulyani.
Sebelumnya, Menteri Ekonomi Indonesia ini juga memperoleh penghargaan yang sama pada 2018.
Disaat yang sama, utang negeri ini semakin meningkat jumlahnya. Hal ini dilaporkan oleh Bank Dunia berjudul International Debt Statistics (IDS) 2021 yang menempatkan Indonesia dalam daftar 10 negara dengan utang luar negeri (ULN) terbesar, laporan ini terbit pada 12 Oktober 2020. Pada prestasi tersebut negeri ini menduduki peringkat ke-7.
Posisi ULN pemerintah pusat pada 2019 mencapai US$402,08 milliar atau sekitar Rp5.910 triliun, naik 5,92 persen dari posisi US$379,58 atau Rp5.579 triliun (dengan kurs Rp 14.700) pada 2018. Laporan IDS tersebut hanya melaporkan data hingga 2019. Saat ini utang Indonesia tentu sudah bertambah. Hingga juli 2020, data terakhir yang dirilis Bank Indonesia (BI), ULN Indonesia sebesar 409,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 6.063,56 triliun (kurs Rp 14.800 per dolar AS) dengan rasio terhadap produk domestic bruto (PDB) sebesar 38,2 persen (kompas.com, 20/10/20).
Menaggapi hal tersebut, menteri Sri Mulyani malah menyatakan pembelaan yang aneh. Dalam video konferensi hari senin (12/10/20) Sri Mulyani menyatakan “Dari sisi ekonomi waktu kita merdeka, kita diberikan warisan Belanda tidak hanya perekonomian yang rusak namun juga utang dari pemerintah kolonial,”
(finance.detik.com, 13/10/20). Artinya, banyaknya utang Indonesia saat ini tidak bisa lepas dari warisan Belanda, yakni sebesar US$ 1,13 miliar.
Jika dirupiahkan dengan kurs hari ini, warisan utang saat itu sekitar Rp 16,6 triliun (kurs Rp 14.700/US$). Melihat hal ini, seorang tokoh Fadli Zon mengungkapkan bahwa banyak pihak yang mempertanyakan penghargaan yang didapatkan MenKeu Sri Mulyani tersebut. Hal ini diungkapkan Fadli Zon dalam konten youTube pribadinya. Pasalnya penghargaan itu diberikan kepada menteri ekonomi disaat ekonomi negeri ini sedang terpuruk (palu.tribunnews.com,17/10/20).
Jebakan Utang Ekonomi Kapitalis
Majalah Global Markets yang memberikan prestasi kepada Sri Mulyani ini adalah terbitan World Bank Group yang merupakan buatan Amerika sebagai gembong sistem Kapitalisme-sekuler. Patut diprediksi tujuan utama menjadikan Indonesia memiliki menteri keuangan terbaik adalah untuk menjerat Indonesia terjerembab lebih dalam lagi ke lubang Kapitalisme global. Sehingga negeri ini akan terus menyelesaikan masalah keuangannya dengan penyelesaian ala ekonomi kapitalis. Jika kekurangan uang, akan mecari pasukan utang berbasis ribawi.
Khilafah Sebagai Solusi
Dalam islam, ada cara mengatasi jebakan utang para kapitalis. Khilafah akan menyelesaikan jebakan utang sesuai pandangan syariat. Utang yang sah adalah utang non ribawi, sehingga dihalalkan jual beli dan utang asalkan tanpa riba. Islam mengajarkan konsep Baitul Mal untuk pembiayaan pembangunan dengan tiga pos besar penerimaan pemasukan Negara yang berasal dari aset pengelolaan milik umum, pengelolaan aset milik Negara dan Zakat Mal. Konsep Baitul Mal ini pernah dipraktekkan 13 abad dalam peradaban Khilafah Islamiyah, Negara memiliki kas keuangan yang sangat besar tanpa membebani rakyat dengan pajak dan tanpa memiliki utang kepada Negara lain atau lembaga keuangan Internasional.
Selama 1300 tahun itu pula defisit keuangan hanya terjadi dua kali, defisit pertama adalah penomena yang tidak bisa ditandingi Negara modern manapun hari ini. Diawal pemerintahan Nabi Muhammad SAW karena merupakan Negara yang baru berdiri terjadi defisit keuangan negara. namun, defisit itu bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari 1 tahun pasca peristiwa fathul Mekkah defisit bisa diselesaikan.
Defisit yang kedua terjadi dimasa Ibnu Furodh terjadi karena ada beberapa penyimpangan pengelolaan dan bisa dilesesaikan ketika semua regulasi diperbaiki kembali mengacu kepada Syari’ah Islam Kaffah. Allah telah memperingatkan kita dalam TQS. Al-Baqarah 275. “padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” maka ketika sebuah negari sudah tersebar merajarela praktek riba didalamnya maka tunggulah saat kehancuran negeri itu.
Oleh : Desi Kurnia
Posting Komentar untuk "UTANG NAIK SEBAGAI PRESTASI, KHILAFAH SOLUSI NEGERI"