Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Islamophobia, Tak Seindah Musim Semi Di Eropa


By Sri Suarni, AMd (Muslimah Ideologis Khatulistiwa)

Serabi Ibu hadir kembali dengan agenda spesialnya, bincang mewah antar dua benua. Yang terselenggara via zoom meeting. Dengan jumlah peserta 50 orang muslimah sekota Pontianak. Isu yang berat dikemas dengan apik oleh tim kreatif serabi dalam sebuah tema bertajuk “Islamophobia, Tak Seindah Musim Semi Di Eropa” memberi warna tersendiri di hari ahad, 06 Desember 2020. Dipandu host bunda NurAfiffah Sulistiorini, A.Md.Kes. Agenda mulai pada jam 09.00 wib diawali dengan lantunan merdu tilawah oleh bunda Armida Yanti, yang membacakan Surah Al-Baqaroh ayat 120.

Twins Neng dari Sukabumi yang menjejakan kakinya jauh dari tempat asalnya menjadi narasumbernya. Bunda Neng Rinta Juniawati, S.Pi beliau adalah praktisi Paud dan Aktivis Muslimah yang bermukim di Sheffield Inggris. Dan Bunda Neng Erlita Nurmawanti, S.TP sebagai Founder dan Dewan Penasehat Komunitas Muslimah Pontianak.

Bunda Neng Rinta mengawali perbincangan, bahwa Allah melindungi para penyeru kebenaran sebagaimana ucapan Rasulullah Saw. "Akan terus ada segolongan dari umatku yang senantiasa menampakan kebenaran. Tidak akan membahayakan mereka orang yang menyelisihi mereka, hingga datang perkara Allah (hari kiamat) (HR. Abu Dawud no. 4252)

Dalam keadaan musim winter pukul 02.00 dini hari karena perbedaan waktu 7 jam dengan Indonesia, beliau berbagi pengalaman selama bermukim di Sheffield, Inggris. Menggambarkan kondisi disana melalui wisata virtual, bahwa Allah menciptakan keindahan dimasing-masing tempat di dunia. Sebagaimana di Eropa, keindahan alamnya, bangunan yang artistik, kecanggihan infrastruktur baik secara fisik maupun non fisik, ditambah empat musim yang menghiasi. Secara umum Eropa tergambar sangat indah dan menawan. 

Bagaimana mereka mempertahankan keadaan bangunan lama, keberadaan taman yang luar biasa, sebagai suatu gambaran yang menakjubkan. Hingga membuat kita harus mengakui kecanggihan tekhnologi mereka, budaya antrinya, fasilitasnya, dan peran Negara yang mengaturnya. Faktanya tidak seindah yang digambarkan. Karena terdapat berbagai masalah. Pertama, permasalahan ekonomi, pemenuhan kebutuhan hidup yang sangat sulit. Diantaranya akibat pungutan pajak yang tinggi.

Kedua, masalah agama. Penduduk Eropa cenderung tidak taat pada agamanya (yang mayoritas christiani). Seperti selebrasi natal, mereka merayakan namun hanya sebagai budaya saja bukan lagi bagian dari agama. Bahkan banyak cenderung Atheis non practising. Pelarangan simbol agama pun kerap terjadi. Sehingga dari sini kita bisa melihat bagaimana sikap mereka terhadap umat muslim di sana.

Ketiga, masalah tatanan sosial dan keluarga, kehidupan bebas, hingga pernikahan bukan lagi sesuatu yang penting, legalisasi LGBT (bahkan masuk dalam kurikulum pendidikan). Menghasilkan tatanan kehidupan dan generasi yang rusak. Bahkan banyak generasi tua yang di akhir hidupnya hanya ditemani hewan peliharaan sampai mati sendiri. Terdapat banyak gereja yang kosong dimana penduduknya lebih memilih berada di bar-bar. Keempat, isu lingkungan, sampah juga menjadi masalah di negara Eropa. 

Melihat fakta yang terjadi saat ini, muslim di Eropa menjadi urutan ke dua agama terbesar setelah kristen, karena banyaknya imigran muslim dan melonjaknya ketertarikan penduduk setempat untuk menjadi mualaf semakin meningkat pesat. Kekhawatiran akan terancamnya budaya mereka yang terbiasa bebas tanpa tuntunan dan aturan pun meningkat. Sehingga Islamophobia  dijadikan senjata bagi mereka terhadap muslim hingga banyak terjadi kasus kekerasan.

Lebih lanjut narasumber mengungkapkan bahwa Islamophobia adalah agenda global akibat ketakutan terhadap kebangkitan Islam di berbagai negara. Sangat jelas dalam sejarah, sejak di jaman Rasulullah Saw bagaimana banyak kekalahan yang menimpa negara-negara kafir. Sehingga kebencian mereka terhadap muslim sangat nyata dan mereka bersemangat merebut kembali apa yang sudah dikuasai Islam. Tujuan utama mereka yang sebenarnya adalah menghasut generasi Islam agar menjauh dari agamanya dan membumi hanguskan Islam di tanah Eropa.

Sehingga jelaslah bahwa orang kafir tidak akan ridha terhadap Islam. Bahwa Allah sudah memberikan khabar ini dalam QS. Al-Baqaroh ayat 109, QS. Al-Baqarah ayat 120, QS. al-Imron ayat 118 dan dalam QS. Al-Buruj ayat 8, dan QS. Al-Maidah ayat 51, sehingga Islamophobia wajar terjadi. Selain itu Eropa adalah merupakan jantung lahirnya kiblat demokrasi sekuler. 

Diantara yang melatar belakangi hadirnya Islamophobia yakni British Value yang merupakan ajaran yang ditanamkan pada anak-anak di dalam kurikulum sekolah dasar. Pertama, memahamkan demokrasi dengan empat kebebasannya yang mereka agung-agungkan. Kedua, religion education diajarkan bahwa semua agama sebagai hal yang sama. Ketiga, toleransi. Dimana sekolah memaksa mengenalkan dan menanamkan pemikiran bahwa LGBT tidak boleh didiskriminasikan. Keempat ada pantauan sehingga jangan sampai aktivitas agama yang ada melampaui  British Value, sehingga mencegah jangan sampai terjadi radikalisme dan intoleran yang bertentangan dengan British Value.

Buruk Rupa Cermin Di Belah, tutur Bunda Neng Erlita mengawali pemaparannya sebagai pemateri kedua. Indonesia tak kalah indah dengan Eropa, namun memiliki kegundahan. Sejak tahun 1981- 2019 ternyata banyak kasus terorisme di Indonesia. Dari bom Bali hingga bom panci, mengakibatkan korban yang tidak sedikit.

Aksi terorisme yang terjadi dimana-mana, menggiring dua organisasi menjadi nominasi utama, yakni Al-Qaeda dan Isis. Dunia menyampaikan bahwa penyebabnya adalah Islam (1% dari 1.5 milyar orang Islam yang dianggap bahaya). Terorisme Islam mengemuka sebagai diskursus utama geo-politik dan stabilitas keamanan global semenjak terjadinya peristiwa terorisme terbesar yang menimpa Amerika Serikat (AS) pada 11 September 2001. Maka stempel "Islam Inspirator Terorisme" mereka lekatkan pada Islam, dituduh sebagai penyebab dan menjadi musuh global menurut kaca mata mereka. Dan bahwa apa yang terjadi di Perancis adalah reaksi atau respon dibalik aksi radikalisme yang dilakukan Islam.

Kemudian muncul GWOR (Global War On Terorism) mendarat di negeri-negeri muslim, baik secara Hard (kasar) diantaranya invasi yang dilakukan terhadap negara Irak dan Qatar, maupun secara Soft (low approach) yakni pendekatan yang dilakukan lewat sistem dan undang-undang seperti di negara Indonesia dan Malaysia. Secara tidak langsung negara tersebut diajak untuk memilih With us (Amerika dan sekutunya) or Terorism. Sehingga mau tidak mau harus menerima segala kebijakan.

Maka apakah betul penyebabnya adalah Islam, sehingga muncul respon sisi kewajaran dari masyarakat? 

Terjadi politisasi yang membidik Islam, seperti yang disampaikan oleh Karni Ilyas dalam twitnya, bahwa Robert Papa dari Universitas Chicago, ahli terorisme terkenal di Amerika, mengatakan " hubungan antara terorisme bunuh diri dan fundamentalis Islam sangat kecil, atau dengan agama manapun. Semua serangan teroris bunuh diri adalah bagian dari strategi sekuler untuk mencapai tujuannya. Demikian pula buku yang berjudul Pirates and Emperor karangan Noam Chomsky yang memberikan ulasan pelaku terorisme Internasional yang sesungguhnya.

Jelas bahwa semua adalah Strategi politik yang dirancang barat untuk dunia Islam. Sebagaimana yang disampaikan menlu AS John Carey 2013-2017 yang menyatakan bahwa, "Diplomasi global saat ini adalah dengan melibatkan tradisi agama pada urusan luar negeri (AS)” 

Hingga Islamophobia melanda di semua wilayah. Dimana Islamophobia menciptakan rasa takut, benci dan prasangka buruk terhadap Islam atau pemeluknya. Edward E. Curtis IV mengatakan bahwa Islamophobia dan terorisme anti muslim muncul dari anggapan bahwa muslim bukanlah bagian dari barat. Kebencian anti muslim pun menggejala di Eropa.

Islamophobia menjadi penyakit akut dinegara sekuler. Seperti terjadi penembakan di masjid Selandia Baru. Kelompok stop Islamisasi Norwegia (SIAN) merobek-robek halaman Al-Quran dan meludahinya. Majalah Charlie Hebdo di Prancis, menerbitkan kembali karikatur Nabi Muhammad Saw. Presiden Prancis menghina Islam.

Maka muncullah solusi mereka untuk negeri ini. Pertama, Program deradikalisasi  “ periode 1”. Pembubaran(Badan Hukum) perkumpulan HTI. Survey setara institut yang menyebutkan 10 PTN terpapar radikal. Nasyid radikal. 200 ulama rekomendasi kemenag.

Program deradikalisasi “periode 2”.  Seperti pengawasan ASN. Klasifikasi kelompok ormas oleh kemendagri. Mengebiri materi khilafah dan jihad oleh kemenag. Pembersihan ASN yang terpapar radikal oleh kemenpan-RB. Paud pun terpapar radikalisme (pernyataan pak wapres) karena tepuk tangan anak sholeh.

Kedua,  Penistaan Agama. Penistaan terhadap Islam bak jamur di musim hujan. Seperti,  candaan tak beradab kaum komika. Puisi Sukmawati. Rembesan Gus Muwafiq. Kasus pembakaran mushola Minahasa Utara, mengingatkan kasus lama yang mendera di Tolikara Papua. Kasus wanita pembawa anjing masuk Masjid. Pembakaran bendera Rasulullah Saw. Kepala BPIP, Yudian Wahyudi bahwa agama adalah musuh Pancasila. Ekskuaivisme Islam dalam mendidik anak untuk menutup aurat.

Ketiga,  Monsterisasi Islam, simbol dan ajarannya. Bendera Tauhid diidentikan dengan bendera teroris. Khilafah sebagai ajaran Islam dinarasikan mengancam Pancasila dan NKRI. Kriminalisasi terhadap ulama dan aktifis Islam. Materi Jihad dan Khilafah disebut memicu paham radikal.

"Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah, sedangkan dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Dia lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia mememenangkan di atas segala agama, meskipun orang-orang musyrik benci (QS. As-Shaff 61 : 7-8)

Buruk Muka Cermin Dibelah, bahwa sebenarnya kegagalan mereka mengelola negeri menjadikan Islam yang dikebiri. Gagal mengatur negara, umat Islam yang dideradikalisasi. Gagal mengatur ekonomi namun bersembunyi di balik proyek deradikalisasi.

Narasumber juga menyampaikan, bahwa tolerasi di negeri demokrasi bagai kan sebuah mimpi, halu HAM dalam iklim Liberalisasi. Kebangkitan dalam sekulisasi-kapitalisme adalah sebuah hal semu! Maka, berharap perbaikan pada sietem demokrasi, bagaikan pungguk merindukan bulan.

Karena sejatinya negara yang Rahmatan Lil aalamin, akan tegas terhadap penghinaan terhadap Nabi, menerapkan toleransi adalah keadilan.

Bahwa fakta, Islam mengakui fluralitas. Islam tidak anti keberagaman, Islam memandang bahwa kemajemukan masyarakat, adalah realitas. Secara fitrah dan hakiki masyarakat memang plural. 

Bahwa pluralitas berbeda dengan pluralisme. Secara historis menunjukkan pula bahwa masyarakat Islam adalah masyarakat yang plural.

Sejatinya Islam punya semua solusi dalam permasalahan umat, Islam akan memberangus semua tindak kejahatan sesuai tuntunan Al-Quran dan sunah. Pada saat berbicara tentang toleransi, Islam adalah agama yang sangat toleran, bahwa bagimu agamamu, bagiku agamaku. Seperti yang dilakukan masyarakat Madinah dimasa Rasulullah, begitu pula yang di lakukan Ummar bin Khatab disaat menaklukan Mesir.

Terdapat kisah ancaman kaisar Romawi "Barang siapa menemukan kepala paus kristen ortodoks di Mesir, akan diberi hadiah oleh kaisar Rimawi." Lalu Amr bin Ash berkata, "Kepada paus kristen koptik, anda jangan khawatir. Kami akan melindungi anda dan kaum anda. Kalian bebas melaksanakan agama kalian tanpa harus takut kepada siapapun.

Bahwa Islam melakukan semua karena perintah Allah, sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al Mumtahanah ayat 8. artinya, "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil, terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil".

Potret keadilan dan jaminan warga non muslim dalam sistem Khilafah diantaranya,  kebebasan beribadah. Memilih dan memeluk agama. Perlakuan yang baik secara umum. Kebolehan bermuamalat dengan kaum muslim.

Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa yang membunuh seorang mu'ahid (kafir yang mendapatkan jaminan keamanan, tanpa alasan yang hak). Maka ia tidak akan mencium wangi surga bahkan dari jarak empat puluh tahun perjalanan sekalipun". (HR. Ahmad).

Rasulullah Saw juga bersabda, "Barang siapa menyakiti dzimni, maka aku akan berperkara dengannya, dan barang siapa berperkara denganku maka aku akan meperkarakannya di hari kiamat (al Jammi 'al shaghir, Hadis Hasan).

Begitu jelas jaminan dalam sistem Khilafah, bahwa kemenangan itu merupakan janji Allah. Maka belajar dari semut Nabi Ibrahim, yang berperan walau terlihat sedikit dan sia-sia di mata manusia, namun tetap menunjukkan kecintaan kita kepada Allah dan berada di golongan Rasul-Nya. Dengan berjuang menggaungkan kembali janji Allah, membela dan membersihkan Islam dari segala fitnah. Karena kemenangan itu janji Allah. "Dan (Allah telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum menguasainya, yang sungguh Allah telah menentukannya. Dan adalah Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Fath : 21)

Diakhir sesi diskusi, Bunda Neng Rinta menyampaikan bahwa tinggal di negeri minoritas muslim, harus benar-benar mempertahankan dan memperjuangkan akidah. Diantaranya dengan selalu meminta perlindungan kepada Allah agar terjaga keimanan. Berjamaah di dalam komunitas dakwah. Perkuat ilmu agama, baik diri sendiri dan keluarga terutama anak-anak generasi Islam, sehingga tidak tersilaukan dengan gaya hidup di sekitarnya. Dengan membentengi anak-anak terhadap budaya barat dimana hidup di jantung negara sekuler dibutuhkan istiqomah  dalam menjaga keimanan.

Bunda Neng Erlita meyampaikan, jangan silau dengan apa yang menjadi kehidupan barat. Silaulah terhadap kehidupan Islam yang terbukti sangat maju bahkan dahulu menjadi kiblat orang barat. Daya tarik pengemban dakwah yang seringkali membuat orang barat secara individu menyukai Islam, maka tugas para pengemban dakwah untuk menunjukan agar mereka melihat bagaimana keindahan  aturan Islam yang sebenarnya. Jangan ikuti program Islamophobia, justru kita harus mengungkapkan, apa yang terjadi terhadap Islam dan berjamaah dalam menggaungkan dan mewujudkan Khilafah sebagai Rahmatan lil 'allamiin.

Demikianlah bincang mewah seputar Islam yang dipersembahkan oleh Serabi ibu, Serial Asyik Bincang Islam Bersama Para Ibu, yang merupakan obrolan seputar perempuan, keluarga dan generasi penerus perdaban dengan sudut pandang Islam, semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bi shawab.

Posting Komentar untuk " Islamophobia, Tak Seindah Musim Semi Di Eropa"