Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ANAK STUNTING


Ditulis: Yeni Ummu Ara

Stunting alias tubuh pendek akibat kurang gizi. Sudah ter-image-kan sebagai bentuk fisik yang tidak diharapkan bahkan dicap penyakitan. Apalagi bagi perusahaan yang membutuhkan karyawan pada front office, marketing and promoting, perusahaan perekrut awak pesawat terbang, industi fashion hingga urusan perjodohan. 

Nasibnya, Singapore’s Agency of Science, Technology and Research bahkan menemukan bahwa orang dengan tubuh pendek memiliki kerentanan terkena Covid 19. What? Iya bagi orang yang punya tinggi badan di bawah 5 kaki atau 1,5 meter, peneliti merekomendasikannya harus menjaga jarak lebih dari dua meter dengan orang lain. Apalagi jika ada resiko lintasan batuk ke bawah atau tanah.

Jika tubuh pendek terjadi karena genetik, tentu kita tidak bisa menyalahkan takdir Allah SWT. Sayangnya, mereka khususnya anak-anak pun kerap mendapatkan diskriminasi yang membuat luka batin. Hal ini amat disayangkan. Kehidupan sekuleristik hari ini, amat menyuburkan bullying pada anak bertubuh pendek. Padahal belum tentu juga tergolong stunting.

Meski demikian, faktanya stunting Kalbar sejak ditemukan ada 30% dari total anak, masih harus diintervensi dengan berbagai program di 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Baik kepada calon ibu, ibu hamil dan bayi dengan gizi kurang hingga gizi buruk. Intervensi ini menjadi semakin sulit dikala berhadapan dengan kondisi ekonomi yang amat kapitalistik. Masih banyak keluarga yang tidak mengerti atau bahkan belum mendapatkan edukasi terkait gizi makanan. Demikian pula sulitnya akses terhadap makanan bergizi, entah itu karena rendahnya penghasilan hingga sulitnya akomodasi kota-desa di Kalbar yang masih menjadi tantangan. 

Junnah (pelindung) pada keluarga dengan anak stunting, adalah negara. Keluarga dan kita semua bisa apa jika ternyata problem ini adalah problem sistemik. Secara pribadi kita telah membantu semampu kita, sebagai masyarakat kita bergotong royong memberi dan menyumbang secara optimal dana umat. Namun daya upaya individu dan masyarakat dapat habis. Kita telah memberikan apapun demi rakyat di sekitar kita di negeri ini. Maka tinggal satu lagi yakni negara sebagai wujud sistem, pemerintah pusat yang bisa mengerahkan anggaran dan kebijakannya di segenap kawasan. Jangan tersedot konsentrasi hingga ada peluang korupsi lagi, jangan ada proyek impor lagi apapun yang bisa tumbuh di bumi ini, jangan berpesta dengan 25 T lagi demi memilih pemimpin dan wakil rakyat minus akhlaq lagi, akhirnya urusan stunting ditutupi agar bisa terpilih lagi. Mimpi Indonesia bebas stunting pun menguaplah lagi.*

Posting Komentar untuk "ANAK STUNTING"