Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Seorang Anak

 

Kisah Seorang Anak

Oleh Fahri Seno (Aktivis Pemerhati Remaja)

 

Alkisah seorang anak sedang belajar di kelasnya. Saat itu pelajaran Agama, dan guru sedang menjelaskan mengenai Dajjal. Guru menjelaskan bagaimana ciri-ciri Dajjal itu, mulai dari Dajjal itu adalah seorang pemuda dengan rambut keriting, hanya memiliki satu mata dan mata yang satunya buta, Dajjal itu mampu menurunkan hujan, mampu membuat tanah menjadi subur, menghidupkan mereka yang telah mati, dajjal akan memberikan manusia pilihan antara air dan api dimana air itu adalah api yang bergejolak dan api itu adalah air surga, dan dajjal juga tidak dapat memasuki Mekkah dan Madinah.

Guru itu juga menceritakan dimana nanti sebelum dajjal muncul maka dunia akan berada pada saat paling memprihatinkan, kekeringan dimana-mana, kelaparan berkepanjangan yang membuat manusia nanti melupakan jati dirinya dan rela untuk menjual imannya. Pada saat seperti itulah nanti dajjal akan muncul dan berlagak seperti pahlawan bagi ummat manusia dengan segala sihirnya itu. Manusia yang tidak memiliki keimanan yang kuat akan terpengaruh dengan sihir dajjal itu dan menjadi pengikutnya.

Si anak begitu memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru tersebut, matanya berbinar mendengarkan penjelasan guru tersebut. Sesampai di rumah, anak itu menceritakan terkait dajjal itu kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya menanggapi bahwa untuk terhindar dari fitnah dajjal itu maka si anak harus menguatkan imannya. Tapi anak itu menjawab, mengapa manusia masih mau mengikuti dajjal, jika dajjal itu sudah memiliki tanda-tanda yang jelas? Bahkan jika sekarang dajjal itu pun muncul tentu adek tidak akan menjadi pengikutnya, jawab anak itu kepada kedua orang tuanya. Anak itu begitu yakin bahwa dia tidak akan menjadi pengikut dajjal jika dia sudah tahu semua hal itu. Kedua orang tua hanya membalas dengan senyuman perkataan anaknya itu dan mengatakan untuk memperdalam ilmunya dan menguatkan imannya.

Seiring berjalannya waktu, anak kecil itu sudah menjadi remaja, akal yang sempurna telah membuatnya mampu berpikir secara rasional. Remaja itu sedih melihat keadaan dunia saat ini. Dimana penindasan masih terjadi kepada suatu negara dimana sudah banyak negara yang menjunjung tinggi demokrasi. Tingkat kemiskinan dan kelaparan yang amat tinggi. Ummat Islam yang di bantai habis dan itu di biarkan oleh dunia.

Seketika remaja itu teringat dengan tanda-tanda kemunculan dajjal. Pikiran mencerna bahwa wajar jika dulu dia bilang bahwa tidak akan menjadi pengikut dajjal jika sudah tahu ciri-cirinya, namun faktanya berbeda. Banyak orang yang sudah mengetahui kemungkaran tapi masih tetap melakukannya.

Riba yang jelas di larang oleh agama tapi masih dijalankan, bahkan tatanan negara berjalan dengan Riba. Perekonomian negara di sokong dari dana Riba, dan yang menanggung rakyat.

Zalimnya pemimpin terhadap rakyatnya, yang hanya memikirkan kantongnya dan menimbun harta di bandingkan rakyat yang mati kelaparan karena kemiskinan. Kemiskinan itu membuat mereka menjadi gelap dan melakukan segala cara untuk bertahan hidup.

Hukum terindikasi tajam ke bawah dan tumpul  ke atas. Dimana pencuri ATM yang gagal membobol ATM bisa dikenakan penjara selama 9 tahun, sedangkan pencuri uang rakyat, dana bansos, bahkan dana penanganan pandemic hanya di hukum 5 tahun penjara dan itu juga bisa di diskon, wow sudah seperti beli daster di pasar saja.

Remaja itu tak habis pikir dengan segala yang terjadi, bahkan sebelum dajjal itu muncul, manusia di muka bumi ini ternyata sudah menunjukkan ciri-ciri mendekati prilaku dajjal itu sendiri, bagaimana jika dajjal itu sudah muncul apakah manusia itu akan menjual keimanannya.

Muncul ketakutan di hati remaja itu, apakah nanti disaat dajjal muncul imannya akan kuat menahan godaan untuk menjadi pengikutnya, sedangkan dengan kondisi saat ini saja sudah banyak manusia yang membelot dari ajaran syariat. Manusia takut menjadi minoritas yang membela agama dengan kebenaran, mereka takut terlihat berbeda dari lingkungan sehingga menyembunyikan dirinya dan mengikuti para mayoritas.

Pertanyaan besarnya akan berdiri dimana kita ? Apakah kita akan berdiri sebagai minoritas yang berperang melawan kemungkaran, atau ikut menjadi mayoritas karena takut dikucilkan lingkungan dan menjadi tim hore kebangkitan dajjal kelak?

Itu hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya.


Posting Komentar untuk "Kisah Seorang Anak"