POLIGAMI SYARIAT YANG 'DIPERSEKUSI' OLEH PEMELUKNYA SENDIRI
POLIGAMI SYARIAT YANG 'DIPERSEKUSI' OLEH PEMELUKNYA SENDIRI
Oleh : Kang Sugih
“Di antara tanda-tanda kiamat, yaitu berkurangnya ilmu dan tampaknya kebodohan, tampak zina dan wanita menjadi banyak, sedangkan lelaki menjadi sedikit, hingga seorang lelaki berbanding dengan lima puluh wanita”. [Mutafaqun ‘alaihi]
___ ___
Saya meyakini idealnya poligami adalah dengan empat istri. Bagi yang sudah praktisi insyaAllah akan mampu memahami "pesan" cinta ini.
Secara historis jaman pra Islam laki-laki bebas menikahi berapapun yang ia inginkan. Bahkan ada kisah laki-laki yang memiliki dari 100 istri, puluhan istri itu biasa pada masyarakat jahiliyah.
Kemudian Islam datang salah satu syariatnya mengatur pernikahan dan membatasi maksimal seorang lelaki memiliki 4 istri dalam suatu waktu.
Sebagiab besar ulama sepakat bahwa hukum asal pernikahan adalah poligami. Monogami menjadi pilihan bagi para suami yang merasa KHAWATIR tidak mampu berlaku adil.
Bagi para suami yang yakin akan mampu berlaku adil, maka dianjurkan untuk menikahi lebih dari satu istri. Pertanyaannya sebagai suami anda yakin apa tidak???...
"....Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi ; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”. [An-Nisa/4 : 3]
*POLIGAMI; PERNIKAHAN INSPIRASI*
Saya sangat berkesan dengan nasehatnya KH. Mahfud Shoubari Pengasuh Pesantren Riyadhul Jannah Pacet Mojokerto. Dalam kajiannya beliau menyampaikan;
"Bawaan asal laki-laki adalah berani poligami, maka laki-laki dianjurkan untuk mengamalkan poligami kecuali yang takut."
Buat lelaki sejati rasanya ngena banget kata-kata beliau ini. Maka keberanian adalah kunci eksekusinya, namun jangan konyol.
Keberanian tetap terukur; semua berproses perlu mempersiapkan diri, mempersiapkan istri pertama, anak-anak bahkan idealnya keluarga besar juga perlu disiapkan agar pernikahan kita selanjutnya teriring doa dan dukungan dari mereka.
*SIKAP HIPOKRIT TERHADAP POLIGAMI*
Ngaku saja tidak sedikit yang pada sensi kalau sudah membahas poligami. Mulai dari aktifis feminis gender sampai yang ngaku sebagai ustadzah aktifis dakwah ideologis. Kok tau??....
Ada pengamalan temen yang menarik untuk saya buka disini, beliau seorang ustadz praktisi poligami yang sehat. Suatu hari beliau melamar seorang gadis binaan dakwah; mengingat sang gadis ini usianya sudah memasuki kepala empat dan belum juga menemukan jodohnya.
Maksud hati ingin menolong dengan melamarnya menjadi istri kedua sang ustadz... Alhamdulillah lamaran sang ustadz diterima dan tak punya alasan untuk menolak.
Singkat cerita sang gadis kemudian konsultasi kepada ustadzahnya jika ia akan menerima lamaran sang ustadz untuk dijadikan istri keduanya.
Ironis bukan memberikan dukungan dan pencerahan, sang ustadzah malah marah dan menyuruh membatalkan niatnya. Karena sang gadis tak kuasa menolak, hingga sang ustadzah sendiri yang menuliskan surat penolakanya. Dramatis kayak drama ya...😥😥
Sedihnya hari ini sang gadis sudah memasuki usia 45+ dan belum jua menikah. Lalu siapa yang salah??..
*ADIL MENILAI POLIGAMI*
Poligami hari ini seolah menjadi subhat (samar) hukumnya. Maka kewajiban kita untuk menjelaskan, menunjukkan kepastian hukum dan kedudukannya kepada umat. Cara yang paling elagan adalah dengan mengamalkannya.
Ah tapi, poligami kan mubah saja?..... Iya sepakat poligami adalah mubah. Namun apakah iman dan hati tak terpanggil untuk mengamalkan syariat yang mulia ini?...
Pantaskah kita diam jika syariat poligami ini sekarang sedang "diharamkan" oleh pemeluknya sendiri dengan "kebenciannya, keengganannya, penolakannya" bahkan tak sedikit ibu2 aktifis seng2an klo bahasan sdh nyrempet2 urusan poligami.
Sejuta alasan dan dalil "syar'i" ia hadirkan untuk menolak jika suaminya hendak poligami. Hmm, semoga saya salah observasi.
Mestinya kita bersikap adil dalam menghakimi perkara mubah ini. Bisnis itu juga mubah, tapi klo sudah ngomongin bisnis siang malem gak ada satupun yang komplen dan sewot. Hehe, jangan ikutan baper ya....
*NAFSU YANG SELAMAT*
Saya termasuk yang sepakat bahwa menikah itu harus melibatkan hawa nafsu, bahkan malah bahaya klo nikah tanpa nafsu.
Emang ada wanita yang nau dinikahi lelaki yang tak bernafsu??... Klo ada wanita yg mau berarti gak normal. Maka kesimpulannya klo gak pakai nafsu maka jangan coba2 menikah, apalagi menikah lagi.
Bukan hawa nafsunya yang tercela, karena hawa nafsu adalah fitrah bawaan dari sang Pencipta semesta.
Bahkan jika dalam "menyalurkan" hawa nafsu ini sesuai tuntunan syariatnya maka akan menjadi nilai Ibadah yang agung. Menikah adalah ibadah, menikah lagi adalah peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah.
*LALU KAPAN NAMBAH ISTRI LAGI??*
Jujur sekian banyak pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang paling menggelitik dan mengusik pikiran.
Kadang memaklumi tapi kadang saya punya "kesel" juga. Seolah nikah lagi itu eforia ambisi. Ambisi pengen lagi, terus pengin dan lagi. Apa iya segitunya.
Alhamdulillah saya sangat amat bersyukur dengan rezeki istri-iatri yang shalihah, senantiasa menyejukkan dan meneduhkan pandangan, hati dan pikiran saya.
Hingga hari ini saya belum terlintas dalam fikiran untuk nambah istri lagi. Biarkan kami belajar dulu mendalami, memahami dan menikmati rumah tangga poligami ini.
Belajar mengamalkan dan berusaha membuka tabir hikmah dibalik syariat poligami yang agung ini. Sehingga pancaran hikmahnya mampu menerangi relung-relung hati terdalam kami dan mampu menampilkan hikmah mulianya kepada umat yg dimuliakan.
Bener kedepan gak nambah lagi??...
Semua saya serahkan kepada Allah. Bagi kami yang lebih penting adalah amanah keluarga poligami ini mampu dan dimampukan kami dalam menjaganya.
Jika kelak Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi rezeki istri lagi, hal itu adalah kehendakNya. Tak perlu tergesa-gesa dengan menciptakan opini kegentingan yang memaksa, kemudian ujug2 menerbitkan Perpu#2019WajibNambahISTRI. Hmm,...😊
Posting Komentar untuk "POLIGAMI SYARIAT YANG 'DIPERSEKUSI' OLEH PEMELUKNYA SENDIRI"