Kontes Miss Queen Ditoleransi, Liberalisme Kian Menjadi
Oleh: Dini Azra
Miss Queen Indonesia 2021 yang merupakan kontes kecantikan bagi para transgender usai digelar di Bali. Terpilih sebagai Miss Queen 2021 yaitu Millen Cyrus, yang dikenal publik selama ini sebagai keponakan artis Ashanty. Keikutsertaan Millen yang memiliki nama asli Muhammad Millendaru Prakasa ini menuai beragam cibiran dari netizen. Pasalnya, ajang seperti ini masih menjadi pro kontra di tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Agama apapun pasti melarang penganutnya menyimpang dari kodrat yang diberikan Tuhan.
Selain itu, Millen dicibir pasti menang karena sudah dikenal sebagai keponakan Ashanty, serta jawabannya pada saat kontes dinilai tidak berbobot. Namun, meski menerima beragam kritik dan kecaman, Millen tetap merasa bangga dengan gelar yang diraihnya. Dengan terpilihnya menjadi Miss Queen Indonesia, maka dia berhak mengikuti ajang Miss Queen Internasional 2021 di Thailand. Di dalam kontes yang diikutinya tersebut, Millen menyampaikan keprihatinannya bahwa di negeri ini keberadaan transpuan masih mengalami diskriminasi. Karena itu dia berharap agar kedepannya masyarakat Indonesia bisa menghargai perbedaan, khususnya bagi transpuan.
"Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang memanusiakan manusia," kata Millen Cyrus di sesi final question 3 besar Miss Queen Indonesia 2021. Okezone.com (1/10/2021)
Kata-kata dalam kalimat tersebut tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, dimana beliau bersabda, "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (H.R. Bukhari).
Namun, jika kalimat itu merupakan pendapat pribadi Millen yang dimaksudkan untuk membela hak asasi kaum transgender seperti dirinya agar diperlakukan sebagaimana manusia, maka hal ini perlu untuk diluruskan. Bahwasanya, Allah Subhanahu wa ta'ala hanya menciptakan dua jenis kelamin pada manusia yaitu laki-laki dan wanita. Bahkan, pada hewan pun hanya diciptakan dua jenis yaitu jantan dan betina. Memanusiakan manusia harus dilakukan dengan penjagaan agar manusia tetap dalam fitrahnya.
Allah Subhanahu wa ta'ala Berfirman: "Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal..." (QS. Al-Hujurat:13)
Tercipta sebagai laki-laki atau perempuan merupakan fitrah yang tidak bisa diubah. Kondisi fisik merupakan bagian takdir yang ditetapkan oleh-Nya, pastilah yang terbaik bagi setiap hamba. Tidak selayaknya manusia merasa bahwa ciptaan Allah yang ada pada dirinya kurang sempurna. Seperti halnya kaum LGBT yang sering beralasan jiwanya terjebak dalam tubuh yang salah, sehingga berusaha merubah diri sesuai hawa nafsunya. Padahal itu hanya persangkaan belaka yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, lingkungan, pergaulan, atau penyakit. Allah Ta'ala sendiri yang menyebut dalam Firman-Nya, "Manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan rupa" (QS. At-Tin: 4)
Sudah seharusnya umat Islam bersikap tegas terhadap penyelenggaraan kontes-kontes yang dibuat untuk mengkampanyekan perilaku LGBT. Sebab itu termasuk perbuatan maksiat yang dilaknat oleh Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana yang disabdakan Nabi Shalallahu alaihi wasallam, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai laki-laki (HR. Imam Bukhori),"
Jika menyerupai saja sudah dilaknat, apalagi sampai memiliki orientasi seksual kepada sesama jenis, hingga merubah kelamin menjadi laki-laki atau wanita (transgender)? Selama ini komunitas LGBT memang berusaha mengangkat eksistensi mereka agar diterima di tengah masyarakat. Menarik simpati dengan mengatasnamakan HAM, menempatkan diri sebagai kelompok yang didiskriminasi. Dengan diselenggarakannya kontes kecantikan transgender, membuktikan negeri ini sudah terpapar liberalisme akut. Bukan saja kontes kecantikan, di negeri ini artis transgender diberi panggung, film tentang kaum pelangi juga diapresiasi. Sungguh ini adalah ancaman nyata bagi generasi, dan bisa mengundang murka Ilahi.
Sayangnya, pemerintah tak pernah menganggap LGBT ini sebagai masalah serius. Tidak ada peraturan yang ditetapkan untuk melarang kegiatan dan kiprah komunitas ini. Baik di dunia keartisan, ataupun di tengah masyarakat umum, sebab dianggap ranah individu dimana negara tidak boleh ikut campur. Lagi-lagi mengatasnamakan HAM dan toleransi karena mereka bagian dari warga negara yang wajib dilindungi. Negara baru akan mengambil tindakan jika terjadi kasus hukum seperti pelecehan seksual, dan apabila ada pihak yang melaporkan. Begitulah sistem kapitalisme bekerja. Tidak ada perlindungan yang nyata bagi umat beragama dan generasi bangsa.
Dalam sistem kapitalisme-sekuler kehidupan haruslah dipisahkan dari agama. Agama hanya boleh dijalankan oleh masing-masing individu dan sebatas ibadah ritual saja. Begitupun dalam menjalani kehidupan, setiap orang bebas menentukan cara apa saja untuk mencapai kebahagiaan, selama tidak melanggar hukum negara. Apakah itu melanggar norma agama atau tidak, bukan menjadi urusan negara. Ironisnya, umat Islam yang yang berupaya menjalankan agamanya dengan benar malah dicurigai. Urusan beragama kaum muslimin diatur-atur dan dibatasi dibedakan dengan istilah moderat dan radikal. Dari sini bisa dilihat, betapa sulitnya mewujudkan kehidupan masyarakat yang Islami, meskipun di negara berpenduduk muslim terbesar dunia.
Meski demikian, umat Islam tak boleh berpasrah diri dengan kondisi yang dihadapi. Tetap semangat dan berusaha Istiqomah dengan keimanan. Menjaga akidah dari berbagai rongrongan liberalisasi agama. Bersabar dan selalu berdoa kepada Allah Ta'ala, agar negeri ini diselamatkan dan dijauhkan dari kehancuran. Tetap beramar ma'ruf nahi mungkar, menyampaikan kebenaran Islam meski resikonya diberi sebutan radikal, intoleran, ekstrim dan sebagainya.
Selain itu juga agar umat Islam tetap menyerukan kepada penguasa agar menerapkan Islam sebagai landasan bernegara. Sebab hanya Islam solusi mendasar bagi seluruh problematika kehidupan. Hanya dengan Islam, masalah LGBT bisa diatasi. Islam bukan agama yang mengekang kebebasan manusia, akan tetapi Islam menjaga agar manusia tetap berjalan sesuai fitrahnya. Sebab dengannya kebahagiaan dunia hingga akhirat akan menjadi nyata. Wallahu a'lam bishawab.
Posting Komentar untuk "Kontes Miss Queen Ditoleransi, Liberalisme Kian Menjadi"