LISAN MENJADI ALASAN
Oleh Fahri Seni Agusta
Hujan cukup deras sore itu, aku bersama dengan 2 orang kawan kantorku. Kami sedang asyik menikmati kopi kami di sebuah coffe shop. Apa aku baru bilang coffe shop, iya sebuah coffe shop yang tidak terlalu ramai ini menjadi tempat favorit kami untuk melepas sejenak penat kantor kami sebelum kami pulang. Tapi kami tertahan disini lebih lama dari biasanya karena hujan yang tak kunjung reda dan makin deras adanya.
Sebut saja aku dan kedua kawanku sebut saja Andi dan Tono. Aku membuka pembicaraan dengan menanyakan kepada Andi, kenapa hari ini si Bos memarahinya. Andi cerita bahwa dia membuat surat untuk keluar, dan ada beberapa kata yang salah. Namun yang dikesalkan olehnya adalah kenapa memarahi Andi seperti itu di depan seluruh orang dan tamu, Andi merasa dia seperti orang bodoh.
Tak heran, bos kami memang seperti itu. Hampir setiap hari dia itu selalu mengeluarkan kata makian kepada tim nya. Aku juga pernah di makinya di depan orang banyak hanya karena power point yang tak sesuai dengannya. Pernah juga aku di maki karena mengajukan usulan kepadanya. Oleh karenanya itu, dia memang di kenal bahwa mulutnya itu sangat pedas dan tak pernah di sekolahkan, kira-kita begitu lah kata para karyawan yang pernah menjadi bawahannya.
Aku begitu paham dengan Andi, karena aku juga pernah di posisinya. Aku hanya bisa berkata sabar kepadanya. Tak lama Tono berseru, dia melihat sebuah mobil berhenti di seberang jalan. Aku tahu itu adalah mobil Bos aku dan Andi. Mobil itu berhenti di seberang coffe shop, ada apa gerangan pikirku. Keluar lah bos itu dalam keadaan hujan membuka melihat bannya dan seperti kecewa. Ternyata salah satu ban nya bocor. Di tengah hujan deras seperti ini, dia mengeluarkan alat untuk mengganti ban. Tak kulihat ada orang yang membantu, kulihat dia tak pernah mengganti ban mobilnya, karena untuk memasang dongkrak saja tidak tahu.
Tono tiba-tiba berkata kenapa kami tidak membantu dia. Andi menjelaskan, bahwa dia tidak bisa membantu. Andi merasa sakit hati dengan semua perkataanya selama ini. Andi merasa jika dia membantu apakah itu bisa merubah tingkah orang ini, hati Andi terlanjur sakit dengan perbuatannya. Kami pun hanya berdiam melihat dia berusaha mengganti ban nya. Ada sebagian dari diriku mengatakan untuk membantu dan sebagian lagi mengatakan untuk biarkan saja. Aku pun memilih membiarkannya saja dan menikmati kesulitan yang di hadapinnya saat itu. aku juga manusia, ada rasa sakit yang tak bisa aku maafkan dari perkataanya.
Sebagai seorang manusia, terkadang menjaga lisan sangatlah sulit dilakukan. Apalagi di zaman modern sekarang, ketajaman lisan juga disalurkan dalam aktivitas di media sosial, melalui status atau komnetar-komentar yang ditulis.
Sudah seharusnya setiap manusia menjaga tutur katanya dengan baik, dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
Lisan merupakan salah satu fitrah yang dikaruniakan Allah SWT kepada seluruh manusia. Bahkan lisan, dapat menempatkan seseorang pada posisi sebagai penghuni surga ataupun sebaliknya, yaitu neraka. Jadi, jangan menyepelekan setiap perkataan yang keluar dari mulut.
"Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka." (HR Bukhari dan Muslim)
Dari hadis tersebut, kita mengetahui bahwa sedikit atau banyaknya lisan yang keluar dari mulut, terletak kebaikan dan keburukan seseorang. Pengaruhnya pun begitu besar dalam kehidupan seseorang maupun orang lain.
Dari lisan pula, manusia sangat mudah jatuh ke lubang api neraka jika perkataannya buruk. Tak berbeda dengan pepatah yang sering kalian dengar, mulutmu harimaumu.
Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 114 yang artinya:
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar."
Ini juga dijelaskan dalam hadis lain tentang hukuman untuk manusia yang tidak dapat menjaga lisannya dengan baik.
"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat." (HR. Muslim no. 2988)
Lantas, bagaimana jika kita mampu menjaga lisan dengan baik? Ketika kita mampu menjaga lisan dengan baik, maka di sanalah adanya keselamatan.
"Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR. al-Bukhari)
Terdapat banyak keutamaan bagi mereka yang mampu menjaga lisannya dengan baik dalam Islam, yaitu dijanjikan surga, memiliki kedudukan tinggi sebagai muslim, meningkatkan keimanan, dijauhkan dari neraka jahanam, menghindari sifat keras hati, dan memperoleh ridha Allah di akhirat.
Posting Komentar untuk "LISAN MENJADI ALASAN"