Praktik Syirik Berbalut Budaya
oleh : Rufaidah asyifatul adzkiyah
Sejak viralnya video di medsos, ada seseorang yang menendang sesajen dikawasan gunung semeru beberapa pekan lalu memancing geram sebagian masyarakat, yang masih mengangap intorelansi dan mengatasnamakan budaya leluhur.
Padahal sudah jelas bahwa itu sebuah pratik syirik yang tidak dibenarkan dalam Islam.
Dikutip dari portalindonesia.com disebutkan bahwa setelah adanya penendangan sesajen ada aksi seribu sajen yang diikuti oleh berbagai gerakan lintas agama yang digelar dikawasan kota malang.( 12/1/22)
Dari fakta diatas bisa kita lihat bahwa pratik kesyrikan ditengah masyarakat kian mengakar mulai zaman dahulu. Tak sedikit kaum muslim pun ikut menjalankan tradisi yang konon warisan para leluhur dan juga sebagai warisan budaya yang harus di lestarikan.
Pengikisan akidah umat semakin parah tersebab atas nama toleransi dan budaya pratik syrik pun dibenturkan.
Jika kita kulik lebih dalam ini adalah salah satu tolenransi yang kebablasan hingga pelakunya dimasukan buih. Jika pratik membuat sesajen, dupa dan sebagainya dianggap bukan kesyirikan lantas apa?. Karena sudah jelas dikatakan dalam Al-Quran.
Syirik atau perbuatan menyekutukan Allah merupakan dosa paling besar yang tidak terampuni jika pelakunya belum bertaubat sampai ajal menjemput. Dalam alquran, dosa syirik bahkan Allah sebut sebagai dzulm al-‘adhim (Kedzaliman yang dahsyat).
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab, marilah kita menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan kita tidak menjadikan satu sama lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Muslim.” – (Q.S Ali Imran: 64)
Dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih menegaskan hal ini dalam sabda beliau,
«لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى يَعْبُدُوا الأَوْثَانَ»
“Tidak akan terjadi hari kiamat sampai beberapa qabilah (suku/kelompok) dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan sampai mereka menyembah berhala (segala sesuatu yang di
sembah selain Allah Ta’ala)”[3].
Semua ini terjadi karena negara telah lepas tangan dalam hal penjagaan akidah umat. Sehingga umat masih mempercayai hal yang bersifat klenik atau magis sebagai ritual penghambaan kepada makhluk ghoib yang dianggap bisa menghadang bencana. Pratik - pratik kesyirikan ini semakin tumbuh subur dengan berbagai kalangan yang satu pemikiran dengan hal tersebut.
Fenomena kesyirikan yang kian menggejala ini bukan persoalan sepele. Sebab Sekulerisme liberalisme yang menjadi biang keladinya sehingga kian banyak diikuti. Tak mudah untuk membasminya secara personal ataupun kelompok, sebab sekulerisme liberalisme ini seolah justru di biarkan bahkan dimaklumi dan dianggap hal lumrah dalam kehidupan.
Karena itu jalan satu-satunya hanyalah mengubah kondisi ini adalah dengan mengganti sistem sekularisme yang membawa pada kehancuran dan menyesatkan akidah umat dengan sistem Islam. Sebab hanya dengan sistem Islam akidah umat akan terikat kokoh dan jika ada yang melanggar syariat maka pemipim Islamlah yang langsung memberikan sanksi atas pratik kesyirikan yang terjadi ditengah umat.
Wallahuallam bishowab.
Posting Komentar untuk "Praktik Syirik Berbalut Budaya"