Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PTM 100% dan Potensi Tsunami Long Covid


Oleh : Ummu Bisyarah

Panademi covid-19 di Indonesia mulai merangkak naik lagi. Ditemukannya varian baru Omicron yang telah terdeteksi di Indonesia membuat negara mulai siap siaga lagi. Para epidemiolog sudah mewanti-wanti bahwa varian baru ini berpotensi menyebabkan tsunami long covid. Dilansir dari kompas.com (31/12), Epidemiolog Indonesia di Griffith University Australia, Dicky Budiman, dalam diskusi Kesiapsiagaan Indonesia dalam Menghadapi Varian Omicron menyampaikan bahwa varian baru ini berpotensi menyebabkan tsunami long covid yang berpotensi kefatalan pada lansia sebesar 10 persen dan pembekuan darah pada anak-anak. Gejala klinis varian Omicron yang tidak terlalu nampak tapi tetap bisa disebarkan dengan cepat membuat para epidemiolog mewanti-wanti akan adanya varian-varian lain bermunculan, bahkan semakin ganas sehingga pandemi ini akan berlangsung lama karena kesadaran masyarakat akan prokes menurun.

Ditengah menurunnya kepatuhan masyarakat dalam menerapkan prokes, Januari 2022 ini resmi diberlakukan pembelajaran tatap muka 100 persen. Namun kebijakan ini justru memperparah keadaan. Disaat grafik pandemi yang terus turun, dengan diterapkannya PTM 100 persen ini angka terinfeksi mulai merangkak naik terutama di ibukota. Wakil Gubernur DKI Jakarta menyatakan, setelah 10 hari dilakuk PTM ada 10 sekolah yang ditutup akibat temuan kasus Covid-19. Dari 10 sekolah itu 12 murid dan 2 pendidik terinfeksi virus ini.

Sebuah dilema memang, disisi lain anak bangsa butuh pendidikan yang maksimal, namun bayang-bayang keganasan pandemi juga menghantui di depan mata. Semakin menjadi rumit dengan gagalnya Dunia menghentikan pandemi ini. Dunia dengan sistem kapitalisnya yang mendominasi terbukti gagal tangani pandemi ini hingga pandemi ini entah kapan akan berakhir. Hal ini karena negara-negara di dunia terlalu egois dengan negerinya masing-masing dengan dalih ekonomi. Padahal nyawa rakyat kini jadi korbannya. Hanya karena kepentingan segelintir orang dalam mencari materi, nyawa 5,53 juta orang menjadi korban. Dan kini nasib nyawa penerus bangsa dipertaruhkan.

Begitulah wajah jahat kapitalisme sebenarnya. Pandemi ini benar-benar membuka topeng kemunafikan kapitalisme. Peraturan dibuat hanya demi kepentingan segelintir orang bermodal, alhasil peraturan berubah-ubah dan cenderung tidak memihak rakyat. Karena dalam kapitalisme keuntungan materi jauh lebih berharga daripada nyawa manusia. Paradigma ini lah yang membuat penangan pandemi tidak menitikberatkan nyawa manusia, sehingga pandemi tak kunjung usai DNA jutaan nyawa manusia dikorbankan.

Paradigma ini jauh berbeda dengan paradigma ideologi Islam. Islam memberikan penghargaan tertinggi pada nyawa manusia, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR Nasa’i); Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, “Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (TQS Al Maidah [5]:3).

Maka kebijakan yang diambil oleh Islam dalam menangani pandemi  harus secepat mungkin dan sebisa mungkin tidka ada korban jiwa. Ada tiga prinsip Islam dalam penanggulangan wabah sehingga segera berakhir tanpa korban lebih banyak lagi.

Pertama pengambilan kebijakan lockdown sesegera mungkin. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah saw, “Apabila kalian mendengarkan wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu maka janganlah keluar darinya.” (HR Imam Muslim).

Ke-dua mengisolasi orang yang sakit. Sabda Rasulullah saw, “Sekali-kali janganlah orang yang berpenyakit menular mendekati yang sehat.”(HR Imam Bukhari).

Ke-tiga Pengobatan segera hingga sembuh. Bersabada Rasulullah saw, “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obat, dan diadakan-Nya bagi tiap-tiap penyakit obatnya maka berobatlah kamu, tetapi janganlah berobat dengan yang haram.”

 Memandang kesehatan sebagai kebutuhan pokok rakyat, sehingga negara wajib memberikannya secara cuma – cuma alias gratis.  Hal ini tentu didukung sepenuhnya oleh sistem kesehatan Islam yang merupakan resultante (hasil) dari sistem kehidupan Islam yakni sistem ekonomi dan politik Islam berikut sekumpulan konsep sahihnya. Sistem pendidikan sebagai pilar utama membentuk masyarakat yang hidup sehat, politik riset dan industri dilandaskan pada paradigma shahih Islam, sementara pembiayaan berbasis baitul mal dengan anggaran bersifat mutlak.

Dengan paradigma dan prinsip seperti itu mudah saja bagi negara dalam menyelesaikan wabah. Seperti melakukan screening epidemiology, berupa pemeriksaan yang cepat dan akurat terhadap semua orang dengan gejala klinis atau contac tracing. Dalam waktu kurang dari 12 jam bahkan akan bisa dipilah mana orang yang terinfeksi dan mana yang sehat, sehingga bisa dilaksanakan 3 prinsip yang sudah dijelaskan di atas.

Begitulah Islam sebagai sistem kehidupan yang sohih dengan seperangkat aturan yang kompleks dan paradigma yang mulia sehingga bisa menjadi solusi setiap problematika dunia. Karena Islam hadir tak hanya menjadi rahmat bagi kaum muslim tapi rahmat bagi seluruh alam. Wallahualambissawab.


Posting Komentar untuk "PTM 100% dan Potensi Tsunami Long Covid"