144 Patok Hilang, Kian Rapuhnya Perbatasan
Komandan Satuan tugas pengamanan perbatasan (Dansatgas Pamtas) RI-Malaysia Yonif 144/JY, Letkol Inf Andri Suratman mengatakan, 144 patok batas negara telah hilang di wilayah Timur, Kalimantan Barat. Raibnya ratusan patok batas itu terhitung sejak 1 Juni 2021 hingga 28 Februari 2022 (republika.co.id, 8/3)
Jumlah patok batas di wilayah penugasan operasi Yonif 144/JY di tiga kabupaten wilayah Timur Kalimantan Barat sebanyak 2.416 patok batas. Sebanyak 77 patok di antaranya dalam kondisi rusak dan 144 dinyatakan hilang.
Menurut dia, patok batas yang hilang tersebut disebabkan banyak faktor, di antaranya kondisi alam seperti longsor dan sebagainya. Di daerah perbatasan RI-Malaysia di wilayah operasinya terdapat 31 jalur tidak resmi atau yang biasa dikenal dengan istilah "jalan tikus". Ia menjelaskan, jalan tikus yang dimaksud merupakan akses yang biasa digunakan masyarakat, bahkan bisa dilalui menggunakan kendaraan roda empat. Meski demikian, Andri mengakui rasa nasionalisme dan patriotisme warga perbatasan cukup tinggi.
Asisten Deputi Koordinasi wilayah Perbatasan dan Tata Ruang Pertahanan Kemenko Polhukam, Brigjen TNI Suteikno Suleman mengatakan, persoalan di daerah perbatasan akan menjadi bahan analisis dalam pengambilan kebijakan kedepannya. Pihaknya akan memperhatikan perwujudan ketahanan dan keamanan negara di daerah perbatasan.
Problem perbatasan menjadi isu kawasan yang makin mengkhawatirkan. Selain pertahanan keamanan yang lemah, beberapa hal menonjol yang terjadi di daerah perbatasan di antaranya masih ditemukan penyelundupan minuman keras, narkoba jenis sabu, rokok ilegal, senjata api secara ilegal. Belum lagi persoalan mendasar terkait pembangunan infrastruktur dasar, bidang ekonomi, jalan ilegal,berkaitan dengan listrik serta telekomunikasi di daerah perbatasan Kalbar. Belum lagi problem sosial dan rawan pemurtadan yang membayangi.
Indonesia jelas butuh strategi pengamanan wilayah perbatasan karena berhadapan langsung dengan negara luar yang bisa menjadi lawan juga kawan. Namun, sangat disayangkan jika sistem pengamanan wilayah perbatasan atau teritorial negara masih jauh dari standar militer. Alih-alih memperluas wilayah, untuk mengamankan wilayah perbatasan atau teritorialnya saja mengalami kesulitan dan kewalahan. Inilah mengapa nasionalisme yang tumbuh subur dalam sistem kapitalisme, hanya slogan semata tak memberi spirit perlindungan apa-apa bagi warganya.
Harusnya kita berkaca dengan adidaya Khilafah Islamiyah. Khalifah menjalankan strategi jitu menjaga wilayah perbatasan serta melakukan pengurusan di wilayah perbatasan kaum muslim. Hal itu dapat diketahui dari begitu banyak ilmuwan Muslim yang menaruh perhatian soal tapal batas Kekhilafahan. Salah satunya Yaqut al-Hamawi, ia menulis ensiklopedi geografi dari abad ke-13 Masehi.
Wilayah perbatasan dalam istilah bahasa Arab disebut Ribath. Istilah tersebut menunjukkan suatu daerah yang menjadi batas-batas teritorial suatu komunitas. Itu juga menunjukkan daerah-daerah yang berpotensi digunakan musuh dari luar untuk menyerang suatu negara. Orang-orang yang menjaga ribath disebut murabithun. Dalam Islam, menjaga perbatasan hukumnya wajib. Jika tidak ada satu pun kaum muslimin menjaga teritorial negara, baik tentara atau sipil, seluruh kaum muslimin berdosa.
Posting Komentar untuk "144 Patok Hilang, Kian Rapuhnya Perbatasan"