Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wujudkan IDOLA di Tengah Paradoks Kekerasan Terhadap Anak di KLA



Menggunungnya permasalahan dinegeri ini rupanya tidak lantas membuat para pemangku kebijakan mengambil langkah solutif untuk mengatasinya. Mulai dari masalah kesehatan,kesejahteraan,pendidikan hingga kekerasan pada anak.

Padahal dalam penanganannya, berbagai macam permasalahan tersebut menghabiskan tidak saja tenaga namun juga anggaran dari APBN yang tidak sedikit dan bisa jadi akan semakin bertambah setiap tahunnya.Sebagai contoh masalah kekerasan terhadap anak yang pada tahun 2020 kementrian PPPAI menganggarkan dana sebesar Rp.273,6 miliar (kemenpppa.go.id).

Anggota dewan menilai meski dengan anggaran yang terbatas harus didorong dan ditingkatkan untuk betul betul dimanfaatkan bagi perempuan dan anak di Indonesia.

Karenanya sesuai UU no.23 thn 2002, pemerintah mengembangkan kelanjutan program kota layak anak, yang kemudian terealisasi dengan banyaknya kota yang diberi gelar "kota layak anak".


Pemerintah dalam hal ini kementrian pemberdayaan perempuan juga mendorong percepatan program dengan skala nasional yakni Indonesia layak anak atau IDOLA. Untuk itu menteri PPPAI segera melakukan konsolidasi dengan APSAI.

IDOLA adalah ambisi besar untuk menciptakan generasi yang unggul. Namun akankah hal itu terwujud dengan mudah tanpa ada langkah nyata. Akankah problem kekerasan pada anak benar-benar teratasi tanpa menyentuh akar permasalahan yang ada?  Lalu cukupkah dengan menghadirkan program kota layak anak dengan berbagai  indikator yang bisa "diakali" pemenuhannya agar  kota tersebut layak? Jika ini yang terjadi bukankah penghargaan tersebut tak lebih hanya sekedar formalitas.

Mencermati hal ini bukanlah hal yang berlebihan jika dikatakan IDOLA hanya pepesan kosong bahkan hanyalah sekedar jargon yang membanggakan dengan efek "kejut"  semu yang akan hilang dan muncul jika masalahnya terulang kembali.

Jika ini yang berlaku maka mustahil kekerasan pada anak benar benar teratasi dengan baik dan benar meski gelar itu bisa menyentuh hingga seluruh pelosok negeri.

Sebagai penjamin keamanan bagi rakyat sudah sepantasnya pemerintah berusaha semaksimal mungkin memberikan tidak sekedar perlindungan bagi anak namun juga jaminan perlindungan sekaligus kesejahteraan kepada setiap warga negara.


Sejatinya kekerasan terhadap anak tidak akan terjadi begitu saja tanpa ada pemicunya dan seringkali permasalahan utamanya karena faktor lemahnya ekonomi dalam rumah tangga, hingga seringkali orang tua harus  berganti peran. Untuk itu harus benar benar ada upaya untuk memutus mata rantai peristiwa ini agar tidak menjadi problem yang berkelanjutan.


Sungguh Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh. Aturan Islam mampu memecahkan segala problematika kehidupan termasuk masalah kekerasan terhadap anak.


Dalam pandangan Islam anak adalah amanah yang perlu dijaga dalam pengasuhan yang baik karena mereka adalah generasi penerus dan aset bangsa.

Dengan sistem pendidikan yang tepat karena berdasarkan aqidah Islam akan menjadikan anak sebagai generasi yang tangguh dengan aqidah islam yang kokoh. Dan ini hanya akan terwujud jika ada sistem yang mampu memberi periayahan yang tepat pada warganya seperti khilafah. Karena khilafah sistem yang mengadopsi aturan islam akan menjamin terpenuhinya rasa aman ditengah penerapan aturan islam dalam berbagai aspek termasuk nafkah.


Khilafah akan memberi kemudahan untuk mendapat pekerjaan yang layak bagi kepala rumah tangga hingga seorang wanita tak perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup Seorang wanita hanya perlu menjadi pengurus rumah dan pegasuh bagi anak anaknya.

Dengan demikian permasalah rumah tangga yang berujung pada kekerasan terhadap anak kecil kemungkinan terjadi ditengah ketaqwaan individu pada aturan islam dan masyarakat yang akan menjadi kontrol penerapan aturan islam oleh khilafah.

Wallahualambissawab.

Posting Komentar untuk "Wujudkan IDOLA di Tengah Paradoks Kekerasan Terhadap Anak di KLA"