Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ramadhan dan Ketaatan Total Terhadap Allah.

oleh: Maimunah Asmu'i

Tak terasa  sepekan berlalu,  ummat muslim kembali bersua dengan Ramadhan.  Bulan suci, bulan mulia,  bulan penuh berkah,  rahmat dan ampunan bagi kaum muslim di seluruh dunia.  Di tahun ini,   muslim Indonesia bisa merasa lega dengan tidak adanya perbedaan awal puasa.   Pemerintah,  dalam sidang isbat yang di pimpin oleh Menag Yaqut Cholil Qoumas sepekan lepas telah menetapkan,  1 Ramadhan 1444 H jatuh pada hari kamis atau sama dengan keputusan dari Ormas Muhamadiyah yang telah menetapkan lebih dulu .  Meski tidak menutup kemungkinan akan adanya perbedaan  pada akhir Ramadhan atau 1 Syawal 1444 H sebagaimana yang terjadi di tahun tahun sebelumnya.

Terlepas dari perbedaan penetapan yang sering kali terjadi,  momentum Ramadhan harusnya mampu mengembalikan jati diri kaum muslim. Bukan hanya sebagai penggembira dalam kancah kehidupan dunia tetapi kembali pada fitrahnya sebagai hamba Allah yang ber- aqwa. Keluar dari keterpurukan.Kembali menjadi kiblat peradaban dunia.   Meski hal ini bukanlah mudah.  Terlebih ketika Islam hanya di pandang dari sisi ibadah ruhiyah saja,  Kondisi inilah yang  semakin melemahkan islam yang harusnya di jadikan landasan berfikir  ketika ber- amal.  Menyelaraskan pola pikir dan pola sikap islami saat menghadapi problema hidup. Kemunduran ini seolah terlengkapi dengan  ketiadaan pemimpin yang benar benar islami dan mau menerapkan islam secara kaffah dalam kepemimpinannya. Seperti yang di lakukan oleh para  Khulafaur Rasyidin yang mencontoh kepemimpinan Rasulullah SAW. Hingga islam menemui masa kegemilangan.

Namun kegemilangan tersebut seolah  jauh dari gambaran untuk mampu di ulang. Kemunduran berfikir telah pula menyebabkan kaum muslim dengan mudah menerima pemikiran asing yang di kemas sedemikian rupa, hingga seolah terlihat islami. Inilah yang mendasari di terimanya dengan sepenuh hati pemikiran abu abu seperti halnya memberi panggung megah pada proyek barat yang bernama islam moderat. 

Islam yang kompromi dengan nilai nilai barat  sekuler yakni memisahkan agama dari kehidupan.  Padahal ini jelas bertentangan dengan apa yang di contohkan oleh Rasulullah SAW yang senantiasa tegas menolak hal yang dapat membelokkan aqidah ummat. Rasulullah menolak dengan keras  ketika di tawarkan kepadanya kedudukan tinggi di  tengah kaumnya,  asalkan tetap membiarkan ke syirikan  terjadi. Sedangkan hal sangat membahayakan  aqidah ini, makin lumrah terjadi di kalangan masyarakat,

Sistem kapitalis sekuler tatanan kehidupan ala barat,  yang nyatanya juga di anut oleh kaum muslim meski kadang tanpa di sadari, Sebuah sistem produk akal manusia dengan asas manfaat dan menuhankan berbagai kebebasan perlahan memasuki pola pikir dan menjadi biang  berbagai penyimpangan dalam kehidupan masyarakat islam. Makin terpampangnya gaya hidup  bebas dari generasi muda, perilaku flexing dari keluarga para pejabat juga korupsi ,   maraknya kejahatan pada usia belia, problem ekonomi yang makin sulit atau permasalahan ke masyarakatan lain yang seolah kian mewabah. 

Para pemimpin yang telah di pilih  nyatanya abai terhadap urusan ummat.  Sehingga, jangankan untuk menangani  permasalahan krusial secara menyeluruh,  sekedar memahami akar permasalahanpun sering kali keliru. Seperti halnya permasalahan ekonomi yang diatasi dengan utang luar negeri.  Padahal ini berdampak pada makin hilangnya kebebasan dalam mengambil kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil.

Belum lagi kungkungan fanatisme yang berlebihan pada sosok yang di anggap lebih faham agama, membuat ummat bertaqlid sepenuh hati dan menutup mata pada tsaqofah islam yang sejatinya amat luas. Pihak asing pun dengan mudah masuk dalam aspek vital seperti sektor penddikan.  Program deradikalisasi pun dengan mulus di selipkan dalam benak generasi muslim.  .


Patut di sayangkan negeri dengan ummat muslim terbesar dan dengan ulama yang mumpuni namun keberadaan  mereka tak ubahnya buih yang rapuh, mudah terombang- ambing mengabaikan aturan Al- khaliq al- mudhabir demi ridha manusia. Menepis kemaslahatan demi terhindar dari hal yang menurutnya suatu dharar . Termasuk menjadikan aturan kufur sebagai sebagai sumber rujukan yang lebih sesuai dengan kondisi masyarakat di negeri ini. Mengesampingkan Allah dzat yang berhak membuat aturan bagi manusia seluruhnya. 

Karenanya di bulan suci, bulan dimana suasana imani lebih terasa, harusnya dapat menjadi awal yang tepat,  menggiring ummat pada ketaatan yang hakiki melalui kesadaran akan keterikatan pada hukum Allah SWT. Kesadaran ini yang akan mampu menjadi benteng bagi ummat untuk terhindar dari perbuatan keji dan ingkar dari hukum hukum Allah. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

شَهْرُ رَمَضَا نَ الَّذِيْۤ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰ نُ هُدًى لِّلنَّا سِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَا لْفُرْقَا نِ ۚ 
َ
"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). 
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 185)


Penetapan awal Ramadhan dan Syawal memang bukan suatu hal yang bisa di anggap remeh, pada masa ke khalifahan penetapan suatu aturan yang dapat memicu perselisihan maka hal itu menjadi wewenang penuh Khalifah dalam mengambil keputusan yang akan di laksanakan sepenuhnya oleh rakyat Daulah Islam . Karenanya, penting posisi seorang pemimpin yang tidak hanya seorang muslim yang baligh tapi juga berakal dan mampu. Pemimpin yang taat aturan Allah sekaligus menerapkan dalam kepemimpinannya. Mampu membawa ummat yang di pimpinnya terhindar dari kemaksiyatan dengan penerapan aturan Islam yang berasal dari sang maha pemberi hidup.

Hal terpenting dari esensi Ramadhan adalah kembali kepada aturan Allah secara keseluruhan. Menghindarkan diri dari keriuhan sambut Ramadhan yang terfokus pada urusan duniawi dan bermegah - megah saat sahur dan berbuka, membaguskan tilawah namun mengabaikan hukumnya.  Rasulullah SAW manusia mulia yang meski telah Allah janjikan syurga baginya,  justru menjadikan bulan suci ini sebagai bulan perjuangan bagi ummat muslim yang turut dalam perang Badhar.

Islam agama sempurna dan menyempurnakan, dengan Al- qur'an yang di turunkan di bulan suci Ramadhan. Sungguh Al- qur'an adalah bentuk kasih sayang Allah pada hambanya, agar hambanya tetap di jalan yang lurus dan tetap lurus hingga tiba hari perjumpaan di Syurga- Nya.
In syaa Allah

Posting Komentar untuk "Ramadhan dan Ketaatan Total Terhadap Allah."