Momen Tahun Baru Islam, Momen Hijrah Secara Kaffah
#Reportase
🌍Tahun baru Islam 1445 H kali ini amat berbeda. Telah diadakan dialog Muharram yang diikuti oleh tokoh muslimah se-Kalimantan Barat dan perwakilan majelis taklim yang ada di Kota Pontianak. Diawal acara Ukhty Fathimah mengajak peserta dengan semangat memulai acara dengan yel-yel semangat hijrah. Kemudian peserta menyimak tilawah yang dilantunkan oleh ukhty Balqis. Acara pun dilanjutkan dan dipandu oleh Ustadzah Hj. Lathifah, menyapa hangat ke peserta dengan ice breaking yang membuat suasana sangat menyenangkan.
🌍Pemutaran video terkait perubahan pun diputar. Menghantarkan kepada keynote speaker yakni Ustadz KH. Rokhmat S. Labib melalui video. Beliau menegaskan hijrah itu bukan hanya sekedar ‘pindah’, namun juga mengamalkan Islam di situ. Jika mampu mengamalkan Islam maka tidak perlu berpindah tempat, tinggal mengamalkan saja syariat Islam itu sendiri sebagaimana Rasulullah SAW di Kota Madinah. Wajib diterapkannya had yang ditujukan kepada Muslim dan Non Muslim. Bisa menjadi berkah karena hakim pun memutuskan perkara berdasarkan Islam.
🌍Salah satu peserta menyampaikan pertanyaan terkait dengan isi ceramah yang menyebutkan adanya hijrah ke madinah dikarenakan Makkah menolak Islam itu seperti apa gambarannya. Hal ini ditanggapi oleh pemateri pertama, yakni ustadzah Kusuma Dewi, M.Pd. Haram hukumnya berhijrah jika memiliki kemampuan untuk menjalankan syariat islam bagi dirinya sendiri hingga ranah negara. Pada kala itu, Rasulullah SAW melakukan hijrah ke Madinah selain adalah wahyu, namun juga terkait harapan ingin mewujudkan Islam dalam masyarakat Islam dengan institusi Islam atau ringkasnya adalah untuk menyelamatkan agama.
🌍Ustadzah Kusuma Dewi, M.Pd pun mengatakan bahwa awal muharram telah ditentukan sebagai awal perhitungan tahun Hijrah di masa Umar bin Khattab ra menjadi khalifah. Perpindahan dari darul kufur ke darul Islam yang memiliki syarat terkait keamanan yang berada di tangan umat Islam dan diterapkannya hukum-hukum Islam secara keseluruhan. Tidak ada syarat warga negaranya harus orang Islam saja. Sesuatu yang kita miliki yang lebih berharga dari apapun yang kita miliki adalah menyelamatkan agama. Islam kemudian menyebar keluar jazirah Arab hingga di berbagai benua. Maka jelaslah bahwa substansi hijrah adalah tegaknya kehidupan Islam.
🌍Acara dilanjutkan dengan adanya sambutan bertema “Jalan Perubahan Menuju Kemenangan” yang disampaikan dengan sangat menggugah oleh Ust. Ir. M. Ismail Yusanto, MM secara online. Ada dua macam perubahan baik itu terarah atau tidak terarah. Perubahan yang tidak terarah sering terjadi di dunia ini baik pada tumbuhan, hewan juga manusia. Perubahan yang terarah (guided changging) baik perubahan kultural maupun perubahan struktural, baik yang terjadi pada orang perorang maupun kenegaraan. Perubahan struktural ini mengarah pada perubahan politik. Baik dengan konstitusional formal maupun konstitusional nonformal.
🌍Menurut Ust Ir. M Ismail Yusanto, MM, ada yang namanya perubahan konstitusional nonformal dan non prosedural, namun tetap diakui konstitusi. Sebagaimana yang terjadi pada era orde lama ke orde baru. Hal ini tergantung bagaimana cita-cita perubahan yang umat Islam inginkan. Maka perubahan struktural akan terkait subjek politik (orang, pemimpin), fungsi institusi (ada menjadi ada) dan pranata politik (sistem dan ideologi). Maqoyis, Mafahim dan Qona’ah jika terjaga maka penguasa bisa baik. Namun saat penguasa masih melakukan kedzaliman dan kejahatan maka, akan terputus kepercayaan rakyat kepada penguasa.
🌍Menarik materi yang disampaikan oleh Ustadzah Sulistyawati. Beliau menegaskan umat harus berhati-hati dengan kata toleransi. Hari ini menjadi alat tikam terhadap ideologi Islam. Padahal umat membutuhkan perubahan struktural sesuai Islam. Perubahan yang kita inginkan baik berupa pemimpin yang muslim dan adil, konstitusi yang tidak meniscayakan politik sekuler. Tidak akan barat membiarkan umat Islam memilih Islam sebagai ideologi politik. Karena secara historis, sering terjadi upaya menjegal penegakan Islam politik. Perubahan masyarakat pun hanya terjadi dengan cara mengubah berbagai standar (maqayis, criterion), pemahaman (mafahim, concepts), dan keyakinan (qana’at, convictions).
🌍Pemateri terakhir yakni Ustadzah Neng Erlita N., S.TP menyampaikan bahwa generasi terbaik adalah teladan terbaik yang mengamalkan petunjuk Rasulullah SAW. Banyak tantangan yang menggugah perjuangan Rasul dan Shahabat. Sementara saat jaman now, umat Islam makin digiring berjuang namun di era fitnah. Sehingga perlu matang dalam menghadapi rancangan sistematis menghalangi tegaknya Islam kaffah khilafah. Artinya umat Islam khususnya tokoh, harus menjalankan perannya dan mengenal modal utama perang peradaban. Tak lepas pula dengan meneladani sahabat dan sahabiyah. Dalam prakteknya juga terus membangun opini Islam yang shohih dan membina dengan baik generasi-generasi Islam.***
Reporter: Yeni
Posting Komentar untuk "Momen Tahun Baru Islam, Momen Hijrah Secara Kaffah"