Fitrah Ibu Terkikis Dalam Sistem Kapitalis
Oleh : Tyas Ummu Amira
( Pemerhati Generasi)
Miris, banyak peristiwa memilukan tentang seorang ibu yang tega membunuh anak kandungnya. Dikutip dari kumparan.com, ada seorang ibu yang kesehariannya bekerja sebagai buruh telah membunuh bayinya sendiri dengan cara menenggelamkan ke ember berisi air setelah dilahirkan. Bayi itu kemudian dibuang ke semak-semak dalam kebun milik warga sekitar. (24/1/24).
Sungguh mustahil sebenarnya, perbuatan sadis dan kriminal tersebut dilakukan oleh seorang ibu kepada buah hatinya. Seakan tak percaya hal ini bisa terjadi, mengingat ibu adalah sosok yang penuh cinta kasih dan kelembutan. Akan tetapi, kejadian ini bisa terjadi, bahkan menjadi berita setiap hari di hampir semua media dan di seluruh wilayah mulai kota hingga desa.
Lantas apa yang menjadikan ibu sadis dan kriminal?
Jika kita amati fungsi ibu ialah menjadi ummul warabatul bait, di mana perannya meriayah anak serta rumah tangganya. Akan tetapi, fungsi ibu sekarang bergeser, karena tuntutan hidup yang semakin berat. Betapa tidak, hari ini ibu bukan hanya dipusingkan sekadar mengurus anak di rumah, tetapi juga harus memutar otak untuk bisa memenuhi semua kebutuhan setiap harinya. Sehingga tidak sedkit para ibu yang sejatinya menjadi tulang rusuk sekarang menjadi tulang punggung bagi keluarganya agar bisa bertahan hidup. Jadi wajar jika beban hidup seorang ibu menjadi berat karena harus ikut banting tulang untuk mencari nafkah. Sebab, lapangan kerja bagi ayah terbatas dan juga gajinya minim. Alhasil semakin menguras pikiran, tenaga, dan emosi ibu untuk bisa dikendalikan, jadi wajar jika banyak kasus ibu menjadi stres, depresi, dan baby blouse.
Hal ini terjadi lantaran sistem sekuler kapitalis yang membuat peran ibu menjadi ganda, sehingga tidak kuat menangung beban hidup yang mendera. Sejatinya dalam sistem ini menjauhkan manusia dari fitrah beragamanya sehingga semua masalah yang dia hadapi seolah-olah tidak ada jalan keluarnya. Kadar keimanannya semakin rapuh karena sandaran hidupnya bukan ke penciptaNya.
Belum lagi standarisasi kehidupan kapitalis dipandang dari materi belaka, sehingga membuat manusia berlomba-lomba untuk mendapatkan kebahagiaan jasmani. Dari sini lahirlah kebijakan-kebijakan yang pro para pemilik modal atau oligarki membuat harga bahan pangan melambung, tarif dasar listrik mahal, bahan bakar subsidi dicabut pelan-pelan, biaya pendidikan dan kesehatan juga sulit diijangkau. Memang dasar sistem kapitalis adalah hanya untuk mendapatkan keuntungan bukan kesejeterahan rakyat, alhasil banyak para perempuan khususnya menjadi korban kejamnya sistem ini.
Dari sini butuh perubahan yang mendasar untuk menuntaskan problematika dalam kehidupan. Hal ini akan bisa tercapai jika sistem Islam diterapkan, karena Islam menjaga fitrah manusia sebagaimana mestinya. Dalam Islam, posisi seorang ibu sangat mulia sehingga kehormatannya harus dijaga. Selain itu, negara berperan sebagai junnah (perisai) yang melindungi perempuan dari berbagai kesulitan, termasuk kesulitan ekonomi. Negara wajib menjamin kesejahteraan ibu dan anak melalui berbagai mekanisme.
Di antaranya pertama, dari jalur nafkah perempuan tidak diwajibkan untuk bekerja. Ia berhak mendapatkan nafkah dari suaminya atau walinya. Dengan demikian, ia tidak menanggung beban ekonomi keluarga. Dengan mekanisme ini, perempuan bisa menjalankan fungsi utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga dengan optimal.
Kedua, dukungan masyarakat. Prinsip tolong menolong dijunjung tinggi di dalam masyarakat Islam. Alhasil, ketika ada salah satu anggota masyarakat yang kekurangan secara ekonomi, anggota masyarakat lain akan membantu meringankan bebannya dengan memberikan sedekah dan membantu dalam mencari pekerjaan.
Ketiga, mekanisme penting juga berada ditangan negara. Negara akan memberikan santunan kepada warga yang terkategori fakir atau miskin. Sebab, kewajiban negara adalah memenuhi kebutuhan pokok seluruh individu rakyatnya. Kisah Khalifah Umar bin Khaththab ra. yang memanggul sekarung gandum untuk seorang ibu yang merebus batu sungguh demikian masyhur. Kisah ini menggambarkan perhatian Khilafah terhadap nasib kaum ibu. Karena sejatinya setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban. Sehingga dari sini maka fitrah seorang ibu akan terjaga sehingga akan dapat fokus untuk meriayah anaknya agar menjadi generasi hebat dalam peradaban. Maka dari itu perlu adanya perubahan sistem kufur ke sistem Islam agar menjadi ramatanlilamin.
Waallahualambishowab.
Posting Komentar untuk "Fitrah Ibu Terkikis Dalam Sistem Kapitalis"