Derita Tiada Akhir Ibu Palestina, Bagaimana Mengakhirinya?
Oleh : Mai Hanum Asmu'i
Stasiun televisi Al Jazeera mengutip seorang saksi perempuan Palestina bernama Jamila Al-Hassi yang mengatakan kaum perempuan yang berada di Rumah Sakit Al Shifa diperkosa, dianiaya, dan kemudian dieksekusi oleh tentara Israel. (dunia.tempo.co 25/4)
Tak ada kalimat yang sepadan untuk menggambarkan apa yang dilakukan pasukan zionis pada warga Palestina. Genosida legal dan kekejaman yang di luar batas ambang rasional dari kemanusiaan. Sementara badan internasional seperti PBB makin jelas menampakkan keberpihakan pada kezaliman Israel. Penjajah yang dengan liciknya telah mengikat kaki kaki dari para pemimpin negeri muslim di sekitar palestinne. Dan menjadikan negara mereka tembok raksasa dan menutup akses bantuan dari luar.
Sekat Sekat Racun
Peristiwa yang di saksikan oleh Jamila Al-Hassi adalah satu dari berjuta kekejaman luar biasa oleh zionis. Kasus serupa bahkan terjadi hampir setiap waktu, bukan hanya terhadap seorang perempuan, hal tersebut juga menimpa siapa saja yang menjadi bagian dari penduduk palestina terkhusus Gaza. Wilayah yang di kelilingi banyak negeri muslim, namun seolah lumpuh dan buta. Mereka hanya menjadi pengamat dan membiarkannya bertempur sendiri. Untuk sejenak banyak dari negeri muslim dengan perasaan mengggebu mengecam perbuatan penjajah. Sepenuh hati memberi donasi. meski faktanya tak pernah optimal dari sisi distribusi yang acap kali di persulit bahkan tak pernah di nikmati para pengungsi.
Pasang surut opini membebaskan tanah yang menjadi kiblat pertama ummat muslim telah lama bergulir. Bergelora sesaat untuk kemudian redup kembali. Bukan hal yang aneh, simpati tersebut sangat mudah muncul sebagai reaksi perasaan terhadap sesama muslim. Hanya saja rasa ini senantiasa timbul tenggelam. Penyebabnya adalah di karenakan asas yang mengikatnya sebatas nasionalisme yang rapuh serta temporal sifatnya.
Nasionalisme adalah racun yang turut andil meruntuhkan Daulah Islam. Akibat ikatan semu ini, terbangun sekat sekat antar negeri muslim. Sekat inilah yang memisahkan perasaan dan pemikiran ummat dari persatuan. Membuatnya tetap bungkam atas kekejaman sembari menjadi saksi peristiwa.
Flashback Sejarah
Apabila kita menengok kembali sejarah yang pernah ada di masa kejayaan daulah islam. Akan kita dapati bahwa kaum muslim kala itu adalah bangsa yang sangat tangguh dan di segani. Ketangguhan kaum muslim di buktikan barisan rapi pasukan menuju Amuria demi memenuhi panggilan melegenda dari seorang muslimah yang di lecehkan kaum kafir. Seorang muslimah yang dengan lantang memanggil Junahnya ,” waa Mu’thasiimm,”. Dan sang khalifah dengan segera memenuhi panggilan tersebut yang berakhir dengan penaklukan kota Amuria ke tangan kaum muslim.
Sejarah telah membuktikan keberadaan sebuah institusi bagi kaum muslim adalah hal yang teramat sangat urgen. Sebuah institusi yang entitasnya benar benar berlandaskan islam dan berfungsi melindungi penerapan dan pelaksana aturan Islam di dalamnya. Melindungi masyarakatnya dari segala ancaman yang membahayakan jiwa harta maupun aqidahnya.
Mengembalikan Kejayaan Islam
Peristiwa memilukan yang terjadi pada penduduk Syam dan sekitarnya adalah gambaran ketiadaan pelindung bagi ummat Islam. Daulah yang di runtuhkan karena semakin lemahnya pemahaman kaum muslim. Kondisi saat kaum muslim sulit membedakan hal yang bersifat mendasar dan tak boleh berubah dengan perkara yang seharusnya bisa berjalan seiring perubahan zaman. Akibatnya ummat merasa pada kondisi yang stagnan sehingga mudah di pengaruhi pemahaman asing yang di anggap lebih modern. Andai kaum muslim seluruhnya segera sadar pentingnya kebangkitan yang sejati.
Langkah solutif yang harus mulai di lakukan adalah dengan mengulang kembali apa yang telah Rasulullah desain bagi kemajuan dan kejayaan Islam. Membangun perisai yang satu bagi ummat di seluruh dunia. Kebebasan bagi bumi Syam tak akan bisa di raih dengan kecaman, tagar atau boikot produk yang kesemuanya hanya bersifat bias. Penting pula untuk sadar dan mengupayakan bahwa untuk menghadapai sebuah institusi zalim haruslah dengan yang sepadan bahkan lebih. Dengan metode praktis bukan teoritis.Namun kesemuanya hanya bisa di lakukan dengan dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam yang dengan susah payah pernah di bangun Rasulullah di Madinah.
Penutup
Berbagai kecaman, tag war atau boikot produk bukanlah hal yang salah. Setidaknya itulah hal kecil yang bisa di lakukan meski tak sebanding dengan darah yang mengucur dari tubuh kaum muslim pasca runtuhnya daulah hingga kini.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَ نْفُسِهِمْ ۗ وَاِ ذَاۤ اَرَا دَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّا لٍ
"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 11)
Sekiranya ayat tersebut mampu menjadi cambuk kebangkitan sejati kaum muslim dalam Ridha Ilahi, dialah Allah SWT Rabb semesta alam. kebangkitan yang di tandai dengan penerapan dan pelaksanaan aturan dalam bingkai institusi Islam sebagai Junnah Ummah. Allahualam bishowwab
Posting Komentar untuk "Derita Tiada Akhir Ibu Palestina, Bagaimana Mengakhirinya?"