Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Naluri Ibu Mati dalam Sistem Kapitalis

Oleh : Tyas Ummu Amira

Bak petir di siang bolong. Sungguh, tak habis pikir, mana mungkin seorang ibu tega menjual buah hatinya? Akan tetapi, faktanya hal itu nyata terjadi. Seperti dilaporkan Tempo.co, (16/08/24), Satreskrim Polrestabes Medan meringkus empat perempuan yang terlibat jual beli bayi seharga Rp 20 juta di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Berdasarkan informasi tersebut, petugas melakukan penyelidikan dan mendapati MT, 55 tahun, warga Medan, sedang menggendong bayi menumpangi becak bermotor menuju Jalan Kuningan, Kecamatan Medanarea, Kota Medan. MT akan menemui YU, 56 tahun dan NJ, 40 tahun, untuk menyerahkan bayinya.

Miris, ketika seorang ibu yang telah mengandung selama 9 bulan dengan penuh lelah dan nyawa jadi taruhan. Namun, dikarenakan himpitan ekonomi yang mendera ibu harus rela menjual bayinya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Hal ini mencerminkan betapa pilunya keadaan ekonomi rakyat kelas bawah saat ini. Untuk sekadar mengisi kebutuhan perutnya harus mengorbankan buah hatinya.

Hal tersebut seakan wajar, karena sudah terjadi kasus ke sekian kalinya. Sebab tatanan kehidupan yang berkiblat pada ide atau paham Kapitalis. Di mana dalam Kapitalisme ada sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya.

Dalam Kapitalisme terjadi kesenjangan yang sangat tinggi, antara si kaya dan si miskin. Kekayaan hanya berputar di wilayah para pemilik modal, sedangkan yang tak punya akan tersingkir dan kalah. Watak sistem ini memang kekuasaan penuh berada pada para kapital. Tak ayal, kebijakan-kebijakannya pun lahir dari asas manfaat.

Sudah menjadi sebuah keniscayaan  jika banyak orang berlomba-lomba untuk meraup keuntungan dengan berbagai cara tanpa memandang halal-haram. Ada yang jadi maling uang rakyat serta bagi-bagi jabatan kepada sanak keluarganya. Jika melihat kondisi problem negeri ini  sangat memilukan, bukan? Jadi, lumrah jika ada seorang ibu yang menjual, membunuh anaknya, bahkan sebelum lahir pun diaborsi lantaran tak sanggup menanggung beban hidup yang berat. Astagfirullahaldzim. Sungguh keji sistem Kapitalis ini karena telah membunuh naluri suci sosok ibu sebagai ummu warabatul bait dan pencetak agen peradaban bangsa. 

Selain itu mekanisme utama dalam pendistribusian barang dan jasa bertumpu pada mekanisme pasar. Kekayaan hanya didistribusikan pada mereka yang mampu membayar kebutuhan publik seperti makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, dan pendidikan. Sehingga dari sini terjadi monopoli pasar serta dijadikan ajang bisnis semata. 

Selain karena ide Kapitalis, ada juga yang menyumbang peranan penting dalam mindset masyarakat, yakni terkena paparan Sekularisme. Di mana Sekularisme adalah paham yang memisahkan antara agama dengan kehidupan. Tak heran, aturan agama dinihilkan dalam kepentingan kehidupan. Alhasil, jika mindset ini sudah mengakar pada diri seseorang betapa bahaya sekali. Sebab, hidup tanpa adanya aturan dari agama khususnya aturan dari Sang Pencipta, sehingga banyak aktivitas yang notabene dilarang agama tetap dilakukan akibat mengesampingkan norma agama. 

Dari sini butuh adanya perubahan secara mendasar untuk menuntaskan problematika umat,  serta mengembalikan fitrah ibu sebagai agen peradaban. Hal ini tidak akan terwujud jika tetap dalam sistem Kapitalis. Sebab, rentan terjadi pertentangan, kontradisksi, dan mengakibatkan kesengsaraan manusia. Selayaknya harus berganti sistem dengan sistem yang sesuai dengan fitrah manusia dan berasal dari pencipta manusia,  tidak lain adalah sistem pemerintahan yang berakidahkan Islam. 

Dalam pandangan Islam, pendistribusian kekayaan adalah salah satu pilar sistem ekonomi Islam. Hal ini beriringan dengan prinsip-prinsip kepemilikan dan pemanfaatan harta. Pendistribusian kekayaan ada beberapa aspek di antaranya,  penerimaan harta dari keluarga berupa harta warisan, zakat mal bagi orang kaya, pemberian harta dari negara, pemanfaatan harta milik umum, larangan menelantarkan emas, perak, dan tanah pertanian.

Tak hanya itu saja, pada dasarnya Islam telah mendorong setiap laki-laki muslim mukalaf yang mampu dan membutuhkan harta baik untuknya atau keluarganya untuk berkerja. Jika tidak memiliki modal untuk usaha maka negara akan memberikan modal seperti tanah untuk bercocok tanam,  atau modal usaha untuk perniagaan dan peternakan.

Lapangan kerja juga disediakan secara luas dan gajinya juga sesuai dan layak untuk menghidupi kebutuhan keluarganya. Negara juga memberikan fasilitas publik yang murah bahkan gratis bagi rakyatnya mulai akses kesehatan,  pendidikan, tranportasi, dan lainnya. Dengan demikian, beban rakyat tidak berat untuk memenuhi kebutuhan primernya, dan seorang ibu akan fokus untuk mendidik dan meriayah anak-anaknya dengan maksimal agar menjadi generasi peradaban emas. 

Demikianlah beberapa mekanisme pendistribusian kekayaan dalam Islam agar harta bisa merata, sehingga kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi dapat dirasakan seluruh rakyat  tanpa memandang suku, agama, dan warna kulit. Seyogianya mekanisme ini harus diterapkan pada institusi khilafah Islam sehingga rahmatanlilamin terwujud.

Waahahualambishowab.

Posting Komentar untuk "Naluri Ibu Mati dalam Sistem Kapitalis"